(1) BISMILLAH (Dengan Nama Allah)
Barangsiapa membaca sebanyak 21 kali ketika hendak tidur, nescaya terpelihara dari godaan dan gangguan syaitan, dari bencana manusia dan jin, daripada kecurian dan kebakaran, dan daripada kematian terkejut. Barang siapa membaca sebanyak 50 kali di hadapan orang yang zalim, hinalah dan masuk ketakutan dalam hati si zalim serta naiklah keberanian dan kehebatan kepada pembaca.
(2) SURAH AL-FATIHAH (Pembukaan)
Barangsiapa membacanya sebanyak 41 kali diantara sembahyang sunatnya, nescaya permintaannya di perkenankan, jika sakit lekas sembuh dan nescaya dikasihi oleh makhluk dan ditakuti oleh musuh. Barang siapa membaca 20 kali sesudah tiap-tiap sembahyang fardhu, nescaya rezkinya dilapangkan oleh Tuhan dan bertambah baik keadaannya, serta bercahaya rohaninya.
(3) AYAT AL-KURSI (Kekuasaan Allah)
Barangsiapa membacanya sekali selepas setiap sembahyang fardhu, nescaya terpelihara dari tipudaya dan ganguan syaitan.
Dengan membacanya, seorang yang miskin akan menjadi kaya, dan jika dibaca ketika hendak tidur nescaya akan terselamat dari kecurian, kebakaran dan kekaraman. Barangsiapa sentiasa membaca ayat Al-Kursi, nescaya Allah akan kurniakan kepada ahli rumahnya kebaikkan yang tidak terhitung banyaknya. Barangsiapa berwudhuk lalu membaca sekali, nescaya Allah akan meninggikan darjatnya setinggi 40 darjat dan Allah akan mendatangkan para malaikat menurut bilangan hurufnya, seraya berdoa untuk sipembaca sehinggalah ke hari Qiamat.
Dan tersebut dalam hadith yang lain : Barangsiapa membacanya ketika hendak tidur, nescaya Allah akan membuka pintu rahmat baginya hingga kesubuh, dan mengurniakan kota nur menurut bilangan rambut dibadannya. Jika sipembacanya meninggal dunia pada malam itu, ia dikira mati syahid.
Hadith yang lain mengatakan: Barangsiapa membacanya selepas setiap sembahyang fardhu, nescaya akan terpelihara dari kekerasan malakul-maut,, dan dia akan dibangkitkan bersama para Mujahid yang berjihad beserta para Anbiya hingga ia gugur mati Syahid.
Imam Jaafar Shadiq r.a. mengatakan: Barangsiapa membaca sekali, nescaya Allah akan menghindar darinya 1,000 kesukaran duniawi, yang terkecil sekali ialah kemiskinan dan kepapaan, dan 1,000 kesukaran ukhrawi, yang terkecil sekali ialah azab neraka.
(4) SURAH AL-BAQARAH (Sapi Betina)
Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surah ini (Amanarrasulu) sebelum tidur, ia akan terselamat dari segala bala bencana dan mara bahaya.
(5) SURAH ALI-IMRAN (Keluarga Imran)
Barangsiapa membaca tiga ayat yang pertama dari surah ini, Nescaya ia akan mencapai kesihatan dari segala penyakit dan terselamat dari gangguan jin.
(6) SURAH AN-NISSA' (Perempuan)
Barangsiapa yang membaca ayat yang ke 75 dari surah ini, nescaya ia akan terselamat dari kejahatan para penjahat.
(7) SURAH AL-MAIDAH (Hidangan)
Barang siapa membaca ayat yang ke 7 dari surah ini, sebanyak yang mungkin selama 3 hari berturut -turut, insya Allah akan terselamat dari was-was semasa wudhu dan sembahyang. Barang siapa membaca ayat 89 hingga ayat 101dari surah ini, keatas air lalu diberi minum kepada orang yang bercakap dusta, nescaya ia tidak akan bercakap dusta lagi.
(8) SURAH AL-AN'AM (Binatang Ternak)
Barang siapa membacanya sebanyak 7 kali, nescaya akan terhindar dari segala bala bencana. Jika ayat 63 dan 64 dari surah ini,dibaca oleh penumpang kapal, ia akan terselamat dari karam dan tenggelam.
(9) SURAH AL-A'RAAF (Benteng Tinggi)
Barang kali membaca ayat 23 dari surah ini, selepas tiap-tiap sembahyang fardhu, lalu beristighfar kepada Allah, nescaya akan terampun segala dosanya. Barang siapa membaca ayat 47 dari surah ini, ia akan terpelihara dari kekacauan para penzalim serta ia akan mendapat rahmat Allah.
(10) SURAH AL- ANFAL (Rampasan)
Barang siapa membaca ayat 62 dan 63 dari surah ini, nescaya dia akan di cintai dan dihormati oleh sekalian manusia.
(11) SURAH AL-BARAAH (AT-TAUBAH) (Pemutus perhubungan)
Barangsiapa membacanya, nescaya akan terselamat dari kemunafiqan dan akan mencapai hakikat iman. Barang siapa membaca ayat 111 dari surah ini, dikedai atau ditempat-tempat perniagaan, nescaya akan maju perniagaannya itu.
(12) SURAH YUNUS (Yunus)
Barangsiapa membaca ayat 31dari surah ini, ke atas Perempuan yang hamil, nescaya ia melahirkan anak dalam kandungannya itu dengan selamat. Barangsiapa membaca ayat 64 dari surah ini, nescaya ia akan terhindar dari mimpi-mimpi yang buruk dan mengigau.
(13) SURAH AL-HUD (Hud)
Barang siapa membaca, nescaya ia akan mendapat kekuatan dan Kehebatan serta ketenangan dan ketenteraman jiwa. Barang siapa membaca ayat 56 dari surah ini, pada setiap masa, nescaya ia akan terselamat dari gangguan manusia yang jahat dan binatang yang liar. Barang siapa membaca ayat112 dari surah ini, sebanyak 11 Kali selepas tiap-tiap sembahyang, nescaya akan mencapai ketetapan hati.
(14) SURAH YUSUF (Yusuf)
Barang siapa membacanya, akan di murahkan rezekinya dan diberikan kemuliaan kepadanya. Barang siapa membaca ayat 64 dari surah ini, ia akan terhindar dari kepahitan dan kesukaran hidup.Barang siapa membac ayat 68 dari surah ini, nescaya Allah akan mengurniakan kesalehan kepada anak-anaknya.
(15) SURAH AR-RA'D (Petir)
Barang siapa membaca ayat 13 dari surah ini, ia akan terselamat dari petir. Dan barangsiapa membaca ayat 28 dari surah ini, nescaya Penyakit jantungnya akan sembuh.
(16) SURAH IBRAHIM (Ibrahim)
Barang siapa membaca ayat-ayat 32 hingga 34 dari surah ini, nescaya anak-anaknya akan terhindar dari perbuatan-perbuatan syirik dan bida'ah.
(17) SURAH AL-IIIJ'R (Batu Gunung)
Barang siapa membaca 3 ayat yang terakhir dari surah ini, ke atas perempuan yang selalu anak kandungannya gugur, nescaya anak kandungannya itu akan terselamat, dari gugurnya.
(18) SURAH BANI ISRAIL (Anak-anak Israil)
Barang siapa membacanya ke atas air, lalu diberi minum kepada orang yang bercakap gagap insya Allah akan hilang gagapnya itu. Barang siapa membaca ayat 80 dari surah ini, ketika ia pulang dari perjalanan, nescaya dia akan dimuliakan dan dihormati oleh orang- orang yang setempat dengannya.
(19) SURAH AL-KAHF (Gua)
Barang siapa membacanya, akan terhindar dari kemiskinan dan kepapaan. Barang siapa membacanya pada malam Jumaat, nescaya dia akan mendapat rezeki yang murah.
(20) SURAH MARYAM (Maryam)
Barang siapa membacanya, nescaya akan mendapat kejayaan di dunia dan di akhirat.
(21) SURAH THAAHAA (Hai Manusia)
Barang siapa membacanya, nescaya Allah akan mengurniakan kepadanya ilmu pengetahuan dan akan tercapai segala maksudnya. Barang siapa membaca ayat-ayat 25 hingga 28 sebanyak 21 kali, tiap-tiap hari selepas sembahyang subuh nescaya otaknya akan cerdas dan akalnya akan sempurna.
(22) SURAH AL ANBIYA (Nabi-Nabi)
Barang siapa membaca ayat 83 dari surah ini, nescaya dia akan mendapat sebesar-besar pangkat di sisi Allah s.w.t .
(23) SURAH AL-HAJ (Haji)
Barang siapa membacanya, Allah akan membinasakan musuh-musuhnya.
(24) SURAH AL-MU'MINUN (Orang-orang Mukmin)
Barang siapa membacanya ke atas air, lalu diberi minum kepada orang yang selalu minum minuman keras,nescaya dia tidak akan meminumnya lagi. Barang siapa membaca ayat 28 dari surah ini, nescaya perahunya akan terselamat daripada karam dan rumahnya akan terselamat dari kecurian dan serangan musuh.
(25) SURAH AN-NUUR (Cahaya)
Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari mimpi-mimpi yang buruk. Barang siapa membaca ayat 35 dari surah ini, pada hari Jumaat sebelum sembahyang Asar, nescaya dia akan disegani oleh orang ramai.
(26) SURAH AL-FURQAN (Pembaca)
Barang siapa membacanya sebanyak 3 kali ke atas air yang bersih, lalu air itu dipercikkan di dalam rumah, nescaya rumah itu akan terselamat dari gangguan binatang-binatang yang liar dan ular-ular yang bisa.
(27) SURAH ASY-SYU A'RA (Ahli-ahli Syair)
Barang siapa membaca ayat 130 dari surah ini, sebanyak 7 kali dengan senafas ke atas orang-orang yang digigit oleh binatang-binatang yang berbisa nescaya akan hilang bisa-bisa itu.
(28) SURAH AN-NAML (Semut)
Barang siapa membacanya nescaya nikmat-nikmat Allah akan kekal kepadanya.
(29) SURAH AL-QA-SHASH (Cerita)
Barang siapa membacanya ke atas pekerja-pekerjanya, nescaya Mereka tidak akan mencuri dan mengkhianat. Barang siapa membaca ayat-ayat 51 hingga 55 dari surah ini, Nescaya otaknya akan cergas, akalnya akan sempurna dan budi pekertinya akan halus.
(30) SURAH AL-ANKABUT (Labah-labah)
Barang siapa membacanya, nescaya demamnya akan sembuh. Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari gelisah dan keluh kesah.
(31) SURAH AR-RUM (Rum)
Barang siapa membacanya, nescaya Allah akan membinasakan orang yang hendak menzaliminya.
(32) SURAH LUQMAN (Luqman)
Barang siapa membacanya, nescaya ia akan terhindar dari segala-gala penyakit terutama dari penyakit-penyakit perut. Barang siapa membaca ayat 31 dari surah ini, nescaya akan terselamat dari bencana banjir.
(33) SURAH AS-SAJ DAH (Sujud)
Barang siapa membaca ayat-ayat 7 hingga 9 dari surah ini, ke atas kanak-kanak yang baru lahir, nescaya ia akan terhindar dari segala- gala penyakit ruhani dan jasmani.
(34) SURAH AL-AHZAB (Golongan-golongan)
Barang siapa membaca ayat-ayat 45 hingga 48 dari surah ini, nescaya ia akan mendapat kemuliaan dan kehormatan sejati. Dan barang siapa membaca ayat-ayat 60 hingga 66 dari surah ini, nescaya Allah akan membinasakan musuh-musuhnya.
(35) SURAH SABA' (Saba')
Dengan membacanya, terselamatlah ia dari segala-gala bala bencana, terutamanya dari rosaknya tanam-tanaman.
(36) SURAH FAATHIR (Pencipta)
Barang siapa membaca ayat-ayat 29 dan 30, nescaya Allah akan memberkati perniagaannya.
(37) SURAH YAASIIN (Hai Manusia)
Nabi kita Muhammad s.a.w bersabda : "Tiap-tiap sesuatu Mempunyai hati dan hati Al-Quran ialah surah Yaasiin." Yaasiin kerana Allah, nescaya akan terampun segala-gala dosanya kecuali dosa syirik.."
Dalam satu hadith yang lain Baginda s.a.w bersabda: "Hendaklah kamu membaca surah Yaasiin ke atas pesakit-pesakitmu yang menghadapi sakaratul-maut, nescaya Allah s.w.t akan meringankan kekerasan sakaratul-maut itu."
Dalam satu hadith yang lain pula Baginda s.a.w bersabda: "Aku ingin benar, agar surah Yaasiin ini dihafaz oleh tiap-tiap umatku."
Barang siapa membacanya sebanyak 41 kali, pasti akan tercapai segala hajat dan cita-citanya.
Barang siapa membacanya sebanyak 21 kali pada malam Jumaat, lalu berdoa istghfar untuk kedua ibu bapanya, nescaya dosa kedua ibu bapanya akan diampunkan oleh Tuhan.
Barang siapa membaca sekali ketika membuka kedai atau perniagaan, nescaya akan maju perniagaannya itu.
Barang siapa membacanya sekali pada awal malam, andaikata ia mati pada malam itu, mesti ia mati syahid.
Barang siapa membacanya sekali selepas tiap-tiap sembahyang Jumaat, nescaya ia akan diselamatkan dari siksa kubur.
Jika dibacanya oleh seorang askar, ketika ia hendak turun kemedan peperangan, Allah akan mengurniakan kepadanya keberanian dan kegagahan, serta naiklah ketakutan pada musuh-musuhnya.
Hikmat-hikmat dan khasiat-khasiat surah Yaasiin ini banyak benar didapati di dalam kitab-kitab hadith tetapi cukuplah setakat ini untuk diamal oleh anda sekalian.
(38) SURAH ASH-SHAAFFAAT (Yang Berbaris)
Barang siapa membacanya, insya Allah in akan terpelihara daripada gangguan jin.
(39) SURAH SHAAD (Shaad)
Dengan membaca ayat 42 dari surah ini, nescaya akan mendapat kebahagian sejati. Insyallah rakan- rakan semua akan mendapat berkat
Thursday, July 31, 2008
Solat Berjemaah Latih Khusyuk
BERSOLAT di belakang imam, iaitu secara berjemaah antara cara untuk kita melatih diri supaya khusyuk dalam mengerjakan ibadat paling utama itu.
Melalui cara berjemaah, ia dapat menimbulkan rasa khusyuk pada setiap rukun. Khusyuk dalam solat adalah antara perkara yang pertama diangkat daripada umat Nabi Muhammad.
Kita hendaklah merebut peluang waktu dan solat lain, selain solat fardu iaitu dengan mengerjakan segala solat sunat dan nawafil.
Menunaikan solat sunat dan nawafil adalah kesempatan berharga dan peluang yang sentiasa terbuka bagi melatih diri bagaimana untuk khusyuk ketika bersolat.
Dalam mendirikan solat sunat dan nawafil, hendaklah kita melatih diri dengan mengerjakannya disertai amalan memanjangkan bacaan dan berdiri dengan lebih lama.
Ia dilakukan selain pada waktu yang diriwayatkan mengenai ketidakharusan memperpanjangkan bacaan seumpama bacaan dalam solat fajar.
Rasulullah bersabda bermaksud: "Solat yang paling afdal adalah dengan qunut yang lama." Diriwayatkan oleh Muslim dan selainnya makna qunut yang lama adalah berdiri dengan lama.
Bersegeralah dan memanjangkan rukuk dan sujud serta perbanyakkan doa dalam sujud.
Rasulullah memohon perlindungan dengan Allah daripada ketidakwujudan khusyuk dalam solat di mana Baginda bersabda bermaksud:
“Wahai Allah, Sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari hati yang tidak khusyuk." (Hadis riwayat At-Tirmidzi dan An Nisaai).
Melalui cara berjemaah, ia dapat menimbulkan rasa khusyuk pada setiap rukun. Khusyuk dalam solat adalah antara perkara yang pertama diangkat daripada umat Nabi Muhammad.
Kita hendaklah merebut peluang waktu dan solat lain, selain solat fardu iaitu dengan mengerjakan segala solat sunat dan nawafil.
Menunaikan solat sunat dan nawafil adalah kesempatan berharga dan peluang yang sentiasa terbuka bagi melatih diri bagaimana untuk khusyuk ketika bersolat.
Dalam mendirikan solat sunat dan nawafil, hendaklah kita melatih diri dengan mengerjakannya disertai amalan memanjangkan bacaan dan berdiri dengan lebih lama.
Ia dilakukan selain pada waktu yang diriwayatkan mengenai ketidakharusan memperpanjangkan bacaan seumpama bacaan dalam solat fajar.
Rasulullah bersabda bermaksud: "Solat yang paling afdal adalah dengan qunut yang lama." Diriwayatkan oleh Muslim dan selainnya makna qunut yang lama adalah berdiri dengan lama.
Bersegeralah dan memanjangkan rukuk dan sujud serta perbanyakkan doa dalam sujud.
Rasulullah memohon perlindungan dengan Allah daripada ketidakwujudan khusyuk dalam solat di mana Baginda bersabda bermaksud:
“Wahai Allah, Sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari hati yang tidak khusyuk." (Hadis riwayat At-Tirmidzi dan An Nisaai).
Solat Berjemaah Latih Khusyuk
BERSOLAT di belakang imam, iaitu secara berjemaah antara cara untuk kita melatih diri supaya khusyuk dalam mengerjakan ibadat paling utama itu.
Melalui cara berjemaah, ia dapat menimbulkan rasa khusyuk pada setiap rukun. Khusyuk dalam solat adalah antara perkara yang pertama diangkat daripada umat Nabi Muhammad.
Kita hendaklah merebut peluang waktu dan solat lain, selain solat fardu iaitu dengan mengerjakan segala solat sunat dan nawafil.
Menunaikan solat sunat dan nawafil adalah kesempatan berharga dan peluang yang sentiasa terbuka bagi melatih diri bagaimana untuk khusyuk ketika bersolat.
Dalam mendirikan solat sunat dan nawafil, hendaklah kita melatih diri dengan mengerjakannya disertai amalan memanjangkan bacaan dan berdiri dengan lebih lama.
Ia dilakukan selain pada waktu yang diriwayatkan mengenai ketidakharusan memperpanjangkan bacaan seumpama bacaan dalam solat fajar.
Rasulullah bersabda bermaksud: "Solat yang paling afdal adalah dengan qunut yang lama." Diriwayatkan oleh Muslim dan selainnya makna qunut yang lama adalah berdiri dengan lama.
Bersegeralah dan memanjangkan rukuk dan sujud serta perbanyakkan doa dalam sujud.
Rasulullah memohon perlindungan dengan Allah daripada ketidakwujudan khusyuk dalam solat di mana Baginda bersabda bermaksud:
“Wahai Allah, Sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari hati yang tidak khusyuk." (Hadis riwayat At-Tirmidzi dan An Nisaai).
Melalui cara berjemaah, ia dapat menimbulkan rasa khusyuk pada setiap rukun. Khusyuk dalam solat adalah antara perkara yang pertama diangkat daripada umat Nabi Muhammad.
Kita hendaklah merebut peluang waktu dan solat lain, selain solat fardu iaitu dengan mengerjakan segala solat sunat dan nawafil.
Menunaikan solat sunat dan nawafil adalah kesempatan berharga dan peluang yang sentiasa terbuka bagi melatih diri bagaimana untuk khusyuk ketika bersolat.
Dalam mendirikan solat sunat dan nawafil, hendaklah kita melatih diri dengan mengerjakannya disertai amalan memanjangkan bacaan dan berdiri dengan lebih lama.
Ia dilakukan selain pada waktu yang diriwayatkan mengenai ketidakharusan memperpanjangkan bacaan seumpama bacaan dalam solat fajar.
Rasulullah bersabda bermaksud: "Solat yang paling afdal adalah dengan qunut yang lama." Diriwayatkan oleh Muslim dan selainnya makna qunut yang lama adalah berdiri dengan lama.
Bersegeralah dan memanjangkan rukuk dan sujud serta perbanyakkan doa dalam sujud.
Rasulullah memohon perlindungan dengan Allah daripada ketidakwujudan khusyuk dalam solat di mana Baginda bersabda bermaksud:
“Wahai Allah, Sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari hati yang tidak khusyuk." (Hadis riwayat At-Tirmidzi dan An Nisaai).
Jodoh Merupakan Takdir Dan Perlu Mencarinya
"Jodoh di tangan Tuhan, tetapi manusia harus berikhtiar mencari dan memilihnya" Pendapat ini lebih baik dari pendapat pertama, walaupun masih belum sempurna. Masalahnya terletak pada sudut ikhtiar untuk mencari dan memilih jodoh.
"Jodoh di tangan Tuhan dan manusia wajib berikhtiar mencari dan memilihnya sesuai dengan ketentuan yang ditentukan Tuhan" Pendapat ini lebih sempurna. Memang itulah aturan mencari dan
memilih jodoh.
Selain daripada pendapat di atas, masih ada cara lain yang digunakan di beberapa tempat seperti :
1. Jodoh dicari dan dipilih oleh orang tua tetapi perkahwinan berlangsung atas persetujuan anak.
2. Anak lelaki mencari dan memilih jodohnya sendiri tetapi keputusan berkahwin bergantung kepada orang tua.
3. Anak lelaki atau perempuan mencari atau memilih jodohnya sendiri tetapi keputusan perkahwinan bergantung kepada kedua belah pihak orang tua.
4. Anak lelaki atau perempuan mencari atau memilih jodohnya sendiri serta menentukan sendiri perkahwinannya.
Mengikut ajaran Islam, persetujuan antara kedua belah pihak merupakan perkara asas, iaitu atas persetujuan dari calon suami dan isteri. Ini disebabkan perkahwinan di dalam Islam bertujuan
untuk keselamatan dan kesejahteraan pasangan tersebut.
Kedua orang tua harus turut serta memikirkan atau memerhatikan jodoh bagi anaknya. Jadi masalah memilih jodoh dalam Islam boleh dilakukan oleh anak ataupun kedua orang tua.
Namun begitu, kedua orang tua tidak boleh sesuka hati mencarikan calon untuk anaknya. Ianya mestilah berlandaskan ajaran Islam.
Bagi menentukan jodoh untuk kaum wanita, setidak-tidaknya perlu diperhatikan beberapa ciri berikut:
i. Pemimpin keluarga yang baik dan bertanggungjawab untuk membina rumahtangga
ii.Mencari nafkah yang jujur dan berhasil
iii. Pasangan ideal dalam erti;
- bersikap baik terhadap isteri
- dapat memberikan kebebasan berfikir dan memberi pendapat
- menerima kekurangan dan kelemahan isteri
- dapat membantu tugas isteri dalam keadaan dan kegiatan tertentu
- dapat menjaga kewibawaan isteri
- dapat membimbing isteri ke jalan yang baik
- dapat menghormati dan menyayangi sanak keluarga isteri
iv. Bapa yang baik dan sayang kepada anak-anak
v. Pasangan yang baik zahir dan batin
"Jodoh di tangan Tuhan dan manusia wajib berikhtiar mencari dan memilihnya sesuai dengan ketentuan yang ditentukan Tuhan" Pendapat ini lebih sempurna. Memang itulah aturan mencari dan
memilih jodoh.
Selain daripada pendapat di atas, masih ada cara lain yang digunakan di beberapa tempat seperti :
1. Jodoh dicari dan dipilih oleh orang tua tetapi perkahwinan berlangsung atas persetujuan anak.
2. Anak lelaki mencari dan memilih jodohnya sendiri tetapi keputusan berkahwin bergantung kepada orang tua.
3. Anak lelaki atau perempuan mencari atau memilih jodohnya sendiri tetapi keputusan perkahwinan bergantung kepada kedua belah pihak orang tua.
4. Anak lelaki atau perempuan mencari atau memilih jodohnya sendiri serta menentukan sendiri perkahwinannya.
Mengikut ajaran Islam, persetujuan antara kedua belah pihak merupakan perkara asas, iaitu atas persetujuan dari calon suami dan isteri. Ini disebabkan perkahwinan di dalam Islam bertujuan
untuk keselamatan dan kesejahteraan pasangan tersebut.
Kedua orang tua harus turut serta memikirkan atau memerhatikan jodoh bagi anaknya. Jadi masalah memilih jodoh dalam Islam boleh dilakukan oleh anak ataupun kedua orang tua.
Namun begitu, kedua orang tua tidak boleh sesuka hati mencarikan calon untuk anaknya. Ianya mestilah berlandaskan ajaran Islam.
Bagi menentukan jodoh untuk kaum wanita, setidak-tidaknya perlu diperhatikan beberapa ciri berikut:
i. Pemimpin keluarga yang baik dan bertanggungjawab untuk membina rumahtangga
ii.Mencari nafkah yang jujur dan berhasil
iii. Pasangan ideal dalam erti;
- bersikap baik terhadap isteri
- dapat memberikan kebebasan berfikir dan memberi pendapat
- menerima kekurangan dan kelemahan isteri
- dapat membantu tugas isteri dalam keadaan dan kegiatan tertentu
- dapat menjaga kewibawaan isteri
- dapat membimbing isteri ke jalan yang baik
- dapat menghormati dan menyayangi sanak keluarga isteri
iv. Bapa yang baik dan sayang kepada anak-anak
v. Pasangan yang baik zahir dan batin
Dosa Mengumpat
Mengumpat ialah menceritakan atau menyebut keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain.
Rasulullah S.A. W. menjelaskan mengenai mengumpat separti sabda nya bermaksud "Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya" (Hadis Riwayat Muslim)
Mengumpat berlaku sama ada disedari atau tidak. Perbuatan itu termasuk apabila menyebut atau menceritakan keburukan Biarpun tanpa menyebut nama pelakunya tetapi diketahui oleh orang yang mendengarnya.
Memandangkan betapa buruk dan hinanya mengumpat, ia Disamakan seperti memakan daging saudara seagama. Manusia waras tidak sanggup memakan daging manusia, inikan pula daging saudara sendiri.
Dosa mengumpat bukan saja besar, malah antara dosa yang tidak akan diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar bertaubat.
Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan.
Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan kekal dan menerima pembalasannya diakhirat.
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:Awaslah daripada mengumpat kerana mengumpat itu lebih berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan zina, apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya.
"Dan sesungguhnya orang yang melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya sebelum diampun oleh orang yang diumpat" (Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibbad)
Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan, maka ia Tidak dirasakan lagi sebagai satu perbuatan dosa. Hakikat inilah perlu direnungkan oleh semua.
Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri pelakunya diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain. Allah akan membalas perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan pada dirinya.
Sabda Rasulullah S.A.W. "wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan jangan lah kamu mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya,
dan dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat Abu Daud)
Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat. Pada rekod amalan mereka akan dicatatkan sebagai perbuatan menghapuskan pahala.
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud :
"Perbuatan mengumpat itu samalah seperti api memakan ranting kayu kering".
Pahala yang dikumpulkan sebelum itu akan musnah atau dihapuskan seperti mudahnya api memakan kayu kering sehingga tidak tinggal apa-apa lagi.
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, diakhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya didunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya".
Maka Allah menjawab :"Semua itu kebaikan (pahala) orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui".
Sebaliknya, jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan kepada orang yang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada orang yang mengumpat. Inilah dikatakan orang muflis diakhirat nanti.
Memandangkan betapa buruknya sifat mengumpat, kita wajib berusaha mengelakkan diri daripada melakukannya. Oleh itu perbanyakkan lah zikir supaya dapat menghindarkan diri daripada mengumpat.
Dipetik: Suara Persatuan Ulama Online
Rasulullah S.A. W. menjelaskan mengenai mengumpat separti sabda nya bermaksud "Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya" (Hadis Riwayat Muslim)
Mengumpat berlaku sama ada disedari atau tidak. Perbuatan itu termasuk apabila menyebut atau menceritakan keburukan Biarpun tanpa menyebut nama pelakunya tetapi diketahui oleh orang yang mendengarnya.
Memandangkan betapa buruk dan hinanya mengumpat, ia Disamakan seperti memakan daging saudara seagama. Manusia waras tidak sanggup memakan daging manusia, inikan pula daging saudara sendiri.
Dosa mengumpat bukan saja besar, malah antara dosa yang tidak akan diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar bertaubat.
Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan.
Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan kekal dan menerima pembalasannya diakhirat.
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:Awaslah daripada mengumpat kerana mengumpat itu lebih berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan zina, apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya.
"Dan sesungguhnya orang yang melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya sebelum diampun oleh orang yang diumpat" (Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibbad)
Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan, maka ia Tidak dirasakan lagi sebagai satu perbuatan dosa. Hakikat inilah perlu direnungkan oleh semua.
Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri pelakunya diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain. Allah akan membalas perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan pada dirinya.
Sabda Rasulullah S.A.W. "wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan jangan lah kamu mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya,
dan dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat Abu Daud)
Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat. Pada rekod amalan mereka akan dicatatkan sebagai perbuatan menghapuskan pahala.
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud :
"Perbuatan mengumpat itu samalah seperti api memakan ranting kayu kering".
Pahala yang dikumpulkan sebelum itu akan musnah atau dihapuskan seperti mudahnya api memakan kayu kering sehingga tidak tinggal apa-apa lagi.
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, diakhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya didunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya".
Maka Allah menjawab :"Semua itu kebaikan (pahala) orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui".
Sebaliknya, jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan kepada orang yang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada orang yang mengumpat. Inilah dikatakan orang muflis diakhirat nanti.
Memandangkan betapa buruknya sifat mengumpat, kita wajib berusaha mengelakkan diri daripada melakukannya. Oleh itu perbanyakkan lah zikir supaya dapat menghindarkan diri daripada mengumpat.
Dipetik: Suara Persatuan Ulama Online
KISAH BERKAT DI SEBALIK MEMBACA BISMILLAH
Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan.Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.
Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."
Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.
Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."
Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.
Rahsia Sujud Di Dalam Solat
Pernahkah kita terfikir setelah saban usia kita mendirikan solat berserta syarat rukunnya, apakah rukun solat yang paling disukai oleh Allah SWT. Dengan menyelami, memahami, menjiwai serta menghayati setiap detik ibadah atau solat yang dikerjakan barulah kita akan mendapat kemanisan dan faedah darinya. Barulah ibadah kita itu dapat mendinding dan mencegah diri kita dari dosa dan noda. Firman Allah SWT yang bermaksud:-
" Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Surah Al-Ankabut ayat:45)
Segala rukun di dalam solat yang melibatkan qalbi (naluri), qauli (lisan) dan fi'li (perbuatan) mempunyai pengertian dan maksud yang amat mendalam sekali di sisi Allah SWT. Segala pergerakan di dalam solat sebenarnya sarat dengan hikmah dan pendidikan dari Allah SWT dan amalan atau rukun yang paling disukai oleh Allah ialah rukun sujud.
Sujud adalah waktu di mana seorang hamba itu paling hampir dengan Penciptanya. Pergerakan sujud itu secara lahirnya telah menunjukkan "rasa menghina dirinya" seseorang hamba itu di depan Tuhannya di dalam keadaan menyerah diri, pasrah, berikrar dan mengaku bahawa
"Ya Allah hanya Engkaulah Tuhan yang layak disembah, ditakuti, dicintai dan hanya pada-Mu sahajalah tempat berserah dan memohon pertolongan".
Seorang sahabat Nabi SAW iaitu Huzaifah r.a berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda:-
"Tiadalah keadaan seorang hamba yang paling disukai oleh Allah daripada Dia melihat hamba-Nya itu di dalam keadaan bersujud, dengan meletakkan mukanya di tanah ( sebagai tamsilan tunduk, pasrah dan rasa hina seorang hamba kepada Allah)". (Hadis Riwayat Imam Tabrani).
Cerita Sujud:
Semasa malaikat-malaikat disuruh sujud kepada Nabi Allah Adam semua malaikat sujud apabila mereka bangun mengangkat kepala didapati malaikat yang bernama Azazil tidak sujud maka Allah SWT menjadi murka dan melaknat ke atasnya jadilah ia Iblis dengan bertukar rupa. Rupanya seperti kera dan badannya seperti babi justeru para malaikat merasa kecut dan takut lantas mereka sujud sekali lagi kerana syukur tidak kena laknat oleh Allah SWT.
1. SUJUD PERTAMA TAAT (PERINTAH ALLAH)
2. SUJUD KEDUA SYUKUR (HAMBA KEPADA ALLAH)
Tatkala Nabi Muhammad SAW Israk dan Mikraj ketika sampai di langit yang ketiga para malaikat-malaikat di sana sememangnya sujud selama- lamanya tetapi dikehendaki waktu Nabi SAW sampai mestilah mengangkat kepala tanda hormat.
Apabila Nabi SAW memberi salam kepada para malaikat, semua malaikat itu bangun dari sujud kerana menjawab salam dan berkenalan dengan melihat wajah Nabi Muhammad SAW kemudian mereka sujud semula.
Telah bersabda Rasulullah SAW, Bumi keseluruhannya adalah masjid melainkan tempat perkuburan dan tempat mandi.
"Telah dijadikan untuk kita bumi seluruhnya adalah masjid. Maka jangan anda sapu pasir pada tempat sujud kerana rahmat Allah berada di hadapan. Dan berdebu muka ku untuk Allah yang maha Mulia lagi maha Tinggi sebab pasir kerana itulah puncak ibadah kepada Allah Taala. Tidak dikira bersolat bagi mereka yang tidak sampai atau kena hidungnya ke bumi (tanah) seperti juga dahinya".
Oleh kerana banyak hadis menyebut tentang bumi dan kaitannya dengan sujud maka para ulama bersepakat mengatakan sekurang-kurangnya mesti sekali seumur hidup solat dan sujud di atas bumi dengan tidak berlapik dan jika banyak kali adalah lebih baik. Maka dengan sebab itulah orang-orang yang bermazhab Syiah bersolat di atas bumi atau dengan membawa kemana-mana sapu tangan yang khas ada di atasnya tanah untuk lapik sujud.
Firman Allah SWT yang bermaksud:- " Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat Kami ialah orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan dan mereka tidak menyombongkan diri" (Surah As-Sajadah ayat 15).
Di dalam perlakuan sujud itu ada simbolik dan hikmah yang harus fahami dan hayati. Iaitu bersama terancap dan ratanya tujuh anggota badan kita dengan bumi, pergerakan yang sepenuh jiwa, sepenuh rasa hina dan mengharap kepada Allah SWT dan penyerahan secara total seorang hamba terhadap Penciptanya dalam menerima serta mematuhi segala perintah dan larangan dari-Nya. Jangan sampai berlaku, hanya di dalam solat sahaja kita sujud tetapi di dalam kehidupan seharian kita bersifat "jauh api dari panggang" didalam erti kata yang lain kita tidak tunduk, tidak taat dan tidak menyerah secara total kepada peraturan dan sistem Allah yang Maha Sempurna.
Sayugia dilakukan setiap melakukan rukun sujud ketika solat sentiasalah membaharui ingatan kepada Allah SWT (Al-Khaliq). Manakala tunduk meletakkan dahi ketika sujud hendaklah merasakan bahawa ia sedang menghina diri kepada suatu Zat Allah Yang Maha Agung dan apabila ia merasa kehebatan Allah Yang Maha Agung maka ketika itu ia juga harus merasai dirinya itu amat kecil dan terlalu kerdil di hadapan Zat Yang Maha Agung. Sujud bererti seseorang itu telah meletakkan wajahnya ditempat yang paling rendah di atas tanah ini bermakna ia telah meletakkan seluruh dirinya di atas tanah.
Dengan sujud itu bererti telah mengingatkan dirinya terhadap punca asal kejadian manusia itu dari tanah dan mengembalikan dirinya kepada tanah. Apabila ia telah sanggup menghantar dahinya dan juga dirinya ke tempat yang hina maka tidak mungkin ia akan bersikap sombong lagi terhadap Allah yang menciptakan dirinya dari tanah itu.
Sesungguhnya asal kejadian manusia itu seperti yang dijelaskan di dalam Al-Quran adalah dijadikan dari tanah maka setiap kali seseorang itu sujud adalah bertujuan mengasuh hatinya bahawa ia kelak akan dikembalikan kepada tanah iaitu menemui kematian seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT.
Dengan demikian bererti sujud itu juga mengasuh hati manusia bukan saja supaya mengingat akan asal kejadiannya tetapi juga akan dikembalikan ke tanah iaitu menemui ajal kematian. Maka setiap kali sujud sewajarnya seseorang itu sentiasa ia mengingati akan mati, apabila ia ingat akan mati maka terasa seolah-olah bahawa solatnya itu sebagai solat penghabisan kerana ia akan menghantarkan dirinya ke tanah. Ia merasakan bahawa setiap kali ia sujud seolah-olah ia tidak akan bangun lagi. Sedangkan kematian itu merupakan pintu bagi seseorang memasuki gerbang akhirat.
Dalam keadaan demikian maka hati akan merasa gerun dan merasai kebesaran Allah dan ketika itulah ia membaharui lagi di dalam hatinya untuk mensucikan Zat Allah Yang Maha Tinggi disamping lidah tidak bertulang mengucapkan, "Subhana Rabbial- A'la wa-Bihamdih".
Sujud bukan sahaja mendekatkan kita dengan Allah SWT tetapi dari sudut perubatan pun ada hikmahnya. Antara hikmah sujud menurut keterangan perubatan ialah:-
1. Membetulkan buah pinggang yang terkeluar sedikit dari tempat asalnya.
2. Membetulkan pundi peranakan yang jatuh.
3. Melegakan sakit hernia.
4. Mengurangkan sakit senggugut ketika haid.
5. Melegakan bahagian paru-paru dari ketegangan.
6. Mengurangkan kesakitan pada apendiks atau limpa.
7. Meringankan bahagian pelvis.
8. Menggerakkan otot bahu, dada, leher, perut, punggung ketika akan sujud.
9. Gerakan otot-otot ini menjadikannya lebih kuat dan elastik, secara automatik memastikan kelancaran darah.
10. Bagi wanita gerakan otot ini menjadikan buah dadanya lebih baik dan mudah berfungsi untuk menyusukan bayi.
11. Gerakan bahagian otot memudahkan wanita bersalin, organ peranakan mudah kembali ke tempat asal .
12. Mengurangkan kegemukan.
13. Otak manusia (organ terpenting) menerima banyak bekalan darah dan oksigen.
14. Kedudukan sujud paling baik untuk berehat dan mengimbang lingkungan bahagian belakang tubuh.
15. Memberi dorongan untuk mudah tidur.
Selain itu kesan sujud yang lama akan menambahkan kekuatan aliran darah ke otak yang boleh mengelakkan pening kepala dan migrain, menyegarkan otak serta menajamkan akal fikiran sekali gus menguatkan mentaliti kita (terutama ketika sujud waktu solat Subuh).
" Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Surah Al-Ankabut ayat:45)
Segala rukun di dalam solat yang melibatkan qalbi (naluri), qauli (lisan) dan fi'li (perbuatan) mempunyai pengertian dan maksud yang amat mendalam sekali di sisi Allah SWT. Segala pergerakan di dalam solat sebenarnya sarat dengan hikmah dan pendidikan dari Allah SWT dan amalan atau rukun yang paling disukai oleh Allah ialah rukun sujud.
Sujud adalah waktu di mana seorang hamba itu paling hampir dengan Penciptanya. Pergerakan sujud itu secara lahirnya telah menunjukkan "rasa menghina dirinya" seseorang hamba itu di depan Tuhannya di dalam keadaan menyerah diri, pasrah, berikrar dan mengaku bahawa
"Ya Allah hanya Engkaulah Tuhan yang layak disembah, ditakuti, dicintai dan hanya pada-Mu sahajalah tempat berserah dan memohon pertolongan".
Seorang sahabat Nabi SAW iaitu Huzaifah r.a berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda:-
"Tiadalah keadaan seorang hamba yang paling disukai oleh Allah daripada Dia melihat hamba-Nya itu di dalam keadaan bersujud, dengan meletakkan mukanya di tanah ( sebagai tamsilan tunduk, pasrah dan rasa hina seorang hamba kepada Allah)". (Hadis Riwayat Imam Tabrani).
Cerita Sujud:
Semasa malaikat-malaikat disuruh sujud kepada Nabi Allah Adam semua malaikat sujud apabila mereka bangun mengangkat kepala didapati malaikat yang bernama Azazil tidak sujud maka Allah SWT menjadi murka dan melaknat ke atasnya jadilah ia Iblis dengan bertukar rupa. Rupanya seperti kera dan badannya seperti babi justeru para malaikat merasa kecut dan takut lantas mereka sujud sekali lagi kerana syukur tidak kena laknat oleh Allah SWT.
1. SUJUD PERTAMA TAAT (PERINTAH ALLAH)
2. SUJUD KEDUA SYUKUR (HAMBA KEPADA ALLAH)
Tatkala Nabi Muhammad SAW Israk dan Mikraj ketika sampai di langit yang ketiga para malaikat-malaikat di sana sememangnya sujud selama- lamanya tetapi dikehendaki waktu Nabi SAW sampai mestilah mengangkat kepala tanda hormat.
Apabila Nabi SAW memberi salam kepada para malaikat, semua malaikat itu bangun dari sujud kerana menjawab salam dan berkenalan dengan melihat wajah Nabi Muhammad SAW kemudian mereka sujud semula.
Telah bersabda Rasulullah SAW, Bumi keseluruhannya adalah masjid melainkan tempat perkuburan dan tempat mandi.
"Telah dijadikan untuk kita bumi seluruhnya adalah masjid. Maka jangan anda sapu pasir pada tempat sujud kerana rahmat Allah berada di hadapan. Dan berdebu muka ku untuk Allah yang maha Mulia lagi maha Tinggi sebab pasir kerana itulah puncak ibadah kepada Allah Taala. Tidak dikira bersolat bagi mereka yang tidak sampai atau kena hidungnya ke bumi (tanah) seperti juga dahinya".
Oleh kerana banyak hadis menyebut tentang bumi dan kaitannya dengan sujud maka para ulama bersepakat mengatakan sekurang-kurangnya mesti sekali seumur hidup solat dan sujud di atas bumi dengan tidak berlapik dan jika banyak kali adalah lebih baik. Maka dengan sebab itulah orang-orang yang bermazhab Syiah bersolat di atas bumi atau dengan membawa kemana-mana sapu tangan yang khas ada di atasnya tanah untuk lapik sujud.
Firman Allah SWT yang bermaksud:- " Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat Kami ialah orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhan dan mereka tidak menyombongkan diri" (Surah As-Sajadah ayat 15).
Di dalam perlakuan sujud itu ada simbolik dan hikmah yang harus fahami dan hayati. Iaitu bersama terancap dan ratanya tujuh anggota badan kita dengan bumi, pergerakan yang sepenuh jiwa, sepenuh rasa hina dan mengharap kepada Allah SWT dan penyerahan secara total seorang hamba terhadap Penciptanya dalam menerima serta mematuhi segala perintah dan larangan dari-Nya. Jangan sampai berlaku, hanya di dalam solat sahaja kita sujud tetapi di dalam kehidupan seharian kita bersifat "jauh api dari panggang" didalam erti kata yang lain kita tidak tunduk, tidak taat dan tidak menyerah secara total kepada peraturan dan sistem Allah yang Maha Sempurna.
Sayugia dilakukan setiap melakukan rukun sujud ketika solat sentiasalah membaharui ingatan kepada Allah SWT (Al-Khaliq). Manakala tunduk meletakkan dahi ketika sujud hendaklah merasakan bahawa ia sedang menghina diri kepada suatu Zat Allah Yang Maha Agung dan apabila ia merasa kehebatan Allah Yang Maha Agung maka ketika itu ia juga harus merasai dirinya itu amat kecil dan terlalu kerdil di hadapan Zat Yang Maha Agung. Sujud bererti seseorang itu telah meletakkan wajahnya ditempat yang paling rendah di atas tanah ini bermakna ia telah meletakkan seluruh dirinya di atas tanah.
Dengan sujud itu bererti telah mengingatkan dirinya terhadap punca asal kejadian manusia itu dari tanah dan mengembalikan dirinya kepada tanah. Apabila ia telah sanggup menghantar dahinya dan juga dirinya ke tempat yang hina maka tidak mungkin ia akan bersikap sombong lagi terhadap Allah yang menciptakan dirinya dari tanah itu.
Sesungguhnya asal kejadian manusia itu seperti yang dijelaskan di dalam Al-Quran adalah dijadikan dari tanah maka setiap kali seseorang itu sujud adalah bertujuan mengasuh hatinya bahawa ia kelak akan dikembalikan kepada tanah iaitu menemui kematian seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT.
Dengan demikian bererti sujud itu juga mengasuh hati manusia bukan saja supaya mengingat akan asal kejadiannya tetapi juga akan dikembalikan ke tanah iaitu menemui ajal kematian. Maka setiap kali sujud sewajarnya seseorang itu sentiasa ia mengingati akan mati, apabila ia ingat akan mati maka terasa seolah-olah bahawa solatnya itu sebagai solat penghabisan kerana ia akan menghantarkan dirinya ke tanah. Ia merasakan bahawa setiap kali ia sujud seolah-olah ia tidak akan bangun lagi. Sedangkan kematian itu merupakan pintu bagi seseorang memasuki gerbang akhirat.
Dalam keadaan demikian maka hati akan merasa gerun dan merasai kebesaran Allah dan ketika itulah ia membaharui lagi di dalam hatinya untuk mensucikan Zat Allah Yang Maha Tinggi disamping lidah tidak bertulang mengucapkan, "Subhana Rabbial- A'la wa-Bihamdih".
Sujud bukan sahaja mendekatkan kita dengan Allah SWT tetapi dari sudut perubatan pun ada hikmahnya. Antara hikmah sujud menurut keterangan perubatan ialah:-
1. Membetulkan buah pinggang yang terkeluar sedikit dari tempat asalnya.
2. Membetulkan pundi peranakan yang jatuh.
3. Melegakan sakit hernia.
4. Mengurangkan sakit senggugut ketika haid.
5. Melegakan bahagian paru-paru dari ketegangan.
6. Mengurangkan kesakitan pada apendiks atau limpa.
7. Meringankan bahagian pelvis.
8. Menggerakkan otot bahu, dada, leher, perut, punggung ketika akan sujud.
9. Gerakan otot-otot ini menjadikannya lebih kuat dan elastik, secara automatik memastikan kelancaran darah.
10. Bagi wanita gerakan otot ini menjadikan buah dadanya lebih baik dan mudah berfungsi untuk menyusukan bayi.
11. Gerakan bahagian otot memudahkan wanita bersalin, organ peranakan mudah kembali ke tempat asal .
12. Mengurangkan kegemukan.
13. Otak manusia (organ terpenting) menerima banyak bekalan darah dan oksigen.
14. Kedudukan sujud paling baik untuk berehat dan mengimbang lingkungan bahagian belakang tubuh.
15. Memberi dorongan untuk mudah tidur.
Selain itu kesan sujud yang lama akan menambahkan kekuatan aliran darah ke otak yang boleh mengelakkan pening kepala dan migrain, menyegarkan otak serta menajamkan akal fikiran sekali gus menguatkan mentaliti kita (terutama ketika sujud waktu solat Subuh).
Kisah Pemburu Dan Burung
Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, "Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat."
Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.
Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, "Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal."
Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan.
Disampaikannya nasihat yang kedua, "Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti."
Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, "Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya."
Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, "Setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!"
Si burung menjawab, "Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia."
Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.
Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, "Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal."
Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan.
Disampaikannya nasihat yang kedua, "Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti."
Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, "Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya."
Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, "Setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!"
Si burung menjawab, "Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia."
Hukum Pakai Gelang Tangan
AKSESORI seperti cincin, rantai, gelang dan anting-anting termasuk dalam barangan perhiasan yang biasa dipakai wanita. Bagi lelaki Islam membenarkan pemakaian cincin daripada perak. Memakai perhiasan lain tidak dibenarkan bertujuan menjaga sifat lelaki dan membezakan antara wanita dan lelaki dalam berhias.
Berhias cantik adalah satu sifat wanita. Bagi lelaki, mereka perlu bekerja kuat dan memakai perhiasan lebih mengganggu kerjayanya.
Dengan itu memakai perhiasan seperti gelang dan sebagainya tidak dibenarkan bagi lelaki secara umum. Ia adalah berhias secara berlebih-lebihan dan menyerupai sifat wanita.
Bagaimanapun, Islam tidak begitu rigid apabila membenarkan pemakaian sutera bagi lelaki dalam kes-kes tertentu seperti mereka yang menghadapi masalah kulit.
Begitu juga dengan pemakaian gelang yang tertentu apabila terbukti mengandungi ubatan terutama yang menghadapi masalah kesihatan.
Pada pandangan saya pula, mengharapkan pemakaian gelang sahaja dalam memelihara kesihatan tidak memadai sebagai alasan bagi lelaki untuk memakainya. Ada banyak cara lain yang lebih sesuai seperti senaman dan sebagainya.
Di samping itu kita perlu sedar bahawa ajaran Islam yang inginkan umatnya tidak terpengaruh dengan perkara-perkara khurafat. Ini jelas apabila Rasulullah melarang pemakaian gelang kerana dikhuatiri terjerumus dalam khurafat dan tahyul.
Ahmad meriwayatkan: "Bahawasanya Nabi s.a.w telah melihat seorang lelaki di tangannya ada gelang daripada tembaga, Nabi s.a.w bertanya: "Apakah ini?" Orang itu menjawab: "Ia daripada al-wahinah (iaitu, penyakit yang kena pada tangan)." Sabda Nabi saw: "Tanggalkannya segera, sesungguhnya dia tidak menambahkan kepadamu melainkan kelemahan. Sesungguhnya jika kamu mati dan gelang itu ada padamu, kamu tidak akan berjaya selama-lamanya." (Ahmad). (Untuk lebih lanjut lihat, http://soaljawab.wordpress.com/2007/12/08/hukum-lelaki-pakai-gelang-untuk-perubatan/).
Berhias cantik adalah satu sifat wanita. Bagi lelaki, mereka perlu bekerja kuat dan memakai perhiasan lebih mengganggu kerjayanya.
Dengan itu memakai perhiasan seperti gelang dan sebagainya tidak dibenarkan bagi lelaki secara umum. Ia adalah berhias secara berlebih-lebihan dan menyerupai sifat wanita.
Bagaimanapun, Islam tidak begitu rigid apabila membenarkan pemakaian sutera bagi lelaki dalam kes-kes tertentu seperti mereka yang menghadapi masalah kulit.
Begitu juga dengan pemakaian gelang yang tertentu apabila terbukti mengandungi ubatan terutama yang menghadapi masalah kesihatan.
Pada pandangan saya pula, mengharapkan pemakaian gelang sahaja dalam memelihara kesihatan tidak memadai sebagai alasan bagi lelaki untuk memakainya. Ada banyak cara lain yang lebih sesuai seperti senaman dan sebagainya.
Di samping itu kita perlu sedar bahawa ajaran Islam yang inginkan umatnya tidak terpengaruh dengan perkara-perkara khurafat. Ini jelas apabila Rasulullah melarang pemakaian gelang kerana dikhuatiri terjerumus dalam khurafat dan tahyul.
Ahmad meriwayatkan: "Bahawasanya Nabi s.a.w telah melihat seorang lelaki di tangannya ada gelang daripada tembaga, Nabi s.a.w bertanya: "Apakah ini?" Orang itu menjawab: "Ia daripada al-wahinah (iaitu, penyakit yang kena pada tangan)." Sabda Nabi saw: "Tanggalkannya segera, sesungguhnya dia tidak menambahkan kepadamu melainkan kelemahan. Sesungguhnya jika kamu mati dan gelang itu ada padamu, kamu tidak akan berjaya selama-lamanya." (Ahmad). (Untuk lebih lanjut lihat, http://soaljawab.wordpress.com/2007/12/08/hukum-lelaki-pakai-gelang-untuk-perubatan/).
Wednesday, July 30, 2008
PERISTIWA ISRAK DAN MIKRAJ
Hari ini saya berada di sekolah....mengajar Kelas KAFA....rasa letih tu adale..tapi demi melayan kerenah anak-anak yang nak belajar tu rasa penat dah hilang pun...melihat muka dan telatah mereka membuat diri saya terkenangkan masa-masa lalu di persekolahan rendah.
Sempena bulan baik dan mengingati sejarah perjuangan Rasulullah SAW...27 Rejab menjadi tarikh keramat umat Islam bagi peristiwa Israk Mikraj.Jadi bacalah dan renungkan bersama....
PERISTIWA ISRAK DAN MIKRAJ
Sempena bulan Rejab yang banyak keberkatannya ini, ruangan Sudut Agama menyorot peristiwa Israk dan Mikraj yang berlaku pada 27 Rejab, setahun sebelum Hijrah. Penerangan yang diberikan adalah bersifat sepintas lalu, dan dicadangkan agar anda merujuk kepada ahli agama yang benar dan bertauliah seperti ustaz atau guru yang berkenaan bagi mendapatkan fakta dan huraian selanjutnya.
Ringkasan Peristiwa Israk Dan Mikraj
Sebelum Israk dan Mikraj
Rasulullah S.A.W. mengalami pembedahan dada / perut, dilakukan oleh malaikat Jibrail dan Mika'il. Hati Baginda S.A.W.. dicuci dengan air zamzam, dibuang ketul hitam ('alaqah) iaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian dituangkan hikmat, ilmu, dan iman.ke dalam dada Rasulullah S.A.W. Setelah itu, dadanya dijahit dan dimeterikan dengan "khatimin nubuwwah". Selesai pembedahan, didatangkan binatang bernama Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam perjalanan luar biasa yang dinamakan "Israk" itu.
Semasa Israk ( Perjalanan dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa ):
Sepanjang perjalanan (israk) itu Rasulullah S.A.W. diiringi (ditemani) oleh malaikat Jibrail dan Israfil. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat-tempat yang mulia dan bersejarah), Rasulullah telah diarah oleh Jibrail supaya berhenti dan bersembahyang sebanyak dua rakaat. Antara tempat-tempat berkenaan ialah:
i. Negeri Thaibah (Madinah), tempat di mana Rasulullah akan melakukan hijrah.
ii. Bukit Tursina, iaitu tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu daripada Allah;
iii. Baitul-Laham (tempat Nabi 'Isa A.S. dilahirkan);
Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah S.A.W. menghadapi gangguan jin 'Afrit dengan api jamung dan dapat menyasikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib. Antaranya :
§ Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai, hasil (buah) yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang-ulang. Rasulullah S.A.W. dibertahu oleh Jibrail : Itulah kaum yang berjihad "Fisabilillah" yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak.
§ Tempat yang berbau harum. Rasulullah S.A.W. diberitahu oleh Jibrail : Itulah bau kubur Mayitah (tukang sisir rambut anak Fir'aun) bersama suaminya dan anak-anaknya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh oleh Fir'aun kerana tetapt teguh beriman kepada Allah (tak mahu mengakui Fir'aun sebagai Tuhan).
§ Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Jibrail memberitahu Rasulullah: Itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk sujud (sembahyang).
§ Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebeis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.
§ Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibrail: Itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri / suami.
§ Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail: Itulah orang yang makan riba`.
§ Lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Kata Jibrail: Itulah orang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.
§ Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti biasa. Kata Jibrail: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
§ Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibrail: Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah (mencela, menghinakan) orang.
§ Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibrail: Itulah orang yang bercakap besar (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
§ Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata Jibrail: Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya, nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
§ Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah S.A.W. tidak menghiraukannya. Kata Jibrail: Itulah orang yang mensesiakan umurnya sampai ke tua.
§ Seorang perempuan bongkok tiga menahan Rasulullah untuk bertanyakan sesuatu. Kata Jibrail: Itulah gambaran umur dunia yang sangat tua dan menanti saat hari kiamat.
Setibanya di masjid Al-Aqsa, Rasulullah turun dari Buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia` dan mursalin menjadi makmum.
Rasulullah S.A.W. terasa dahaga, lalu dibawa Jibrail dua bejana yang berisi arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata Jibrail: Baginda membuat pilhan yang betul. Jika arak itu dipilih, nescaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.
Semasa Mikraj ( Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah ):
Didatangkan Mikraj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah S.A.W. dan Jibrail naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
i. Langit Pertama: Rasulullah S.A.W. dan Jibrail masuk ke langit pertama, lalu berjumpa dengan Nabi Adam A.S. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu penzina perempuan.
ii. Langit Kedua: Nabi S.A.W. dan Jibrail naik tangga langit yang kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi 'Isa A.S. dan Nabi Yahya A.S.
iii. Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf A.S.
iv. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan Nabi Idris A.S.
v. Langit Kelima: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan Nabi Harun A.S. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.
vi. Langit Keenam: Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan Nabi-Nabi. Seterusnya dengan Nabi Musa A.S. Rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibrail) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70,000 orang yang masuk syurga tanpa hisab.
vii. Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu bertemu dengan Nabi Ibrahim Khalilullah yang sedang bersandar di Baitul-Ma'mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim A.S. bersabda, "Engkau akan berjumapa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha'if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga iaitu LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHMengikut riwayat lain, Nabi Ibahim A.S. bersabda, "Sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka, syurga itu baik tanahnya, tawar airnya dan tanamannya ialah lima kalimah, iaitu: SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR dan WA LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL- 'ALIYYIL-'AZHIM. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan sepohon pokok dalam syurga". Setelah melihat beberpa peristiwa lain yang ajaib. Rasulullah dan Jibrail masuk ke dalam Baitul-Makmur dan bersembahyang (Baitul-Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).
viii. Tangga Kelapan: Di sinilah disebut "al-Kursi" yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. menyaksikan pelbagai keajaiban pada pokok itu: Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah S.A.W. dapat menyaksikan pula sungai Al-Kautsar yang terus masuk ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga dan melihat neraka berserta dengan Malik penunggunya.
ix. Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam. Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur 'Arasy, iaitu lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya.
x. Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat Rabbul-Arbab lalu dapat menyaksikan Allah S.W.T. dengan mata kepalanya, lantas sujud. Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul-Nya:
Allah S.W.T : Ya Muhammad.
Rasulullah : Labbaika.
Allah S.W.T : Angkatlah kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan.
Rasulullah : Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan 'Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah S.W.T : Aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai berita gembira dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah Al-Fatihah) yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah 'Arasy. Aku berikan habuan daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku kurniakanmu panji-panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah panji-panjimu. Dan Aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.
Selesai munajat, Rasulullah S.A.W. di bawa menemui Nabi Ibrahim A.S. kemudian Nabi Musa A.S. yang kemudiannya menyuruh Rasulullah S.A.W. merayu kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.
Selepas Mikraj
Rasulullah S.A.W. turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang Buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi saksi (bukti) peristiwa Israk dan Mikraj yang amat ajaib itu (Daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rejab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu'alam.
(Sumber : Kitab Jam'ul-Fawaa`id)
Kesimpulannya, Peristiwa Israk dan Mikraj bukan hanya sekadar sebuah kisah sejarah yang diceritakan kembali setiap kali 27 Rejab menjelang. Adalah lebih penting untuk kita menghayati pengajaran di sebalik peristiwa tersebut bagi meneladani perkara yang baik dan menjauhi perkara yang tidak baik. Peristiwa Israk dan Mikraj yang memperlihatkan pelbagai kejadian aneh yang penuh pengajaran seharusnya memberi keinsafan kepada kita agar sentiasa mengingati Allah dan takut kepada kekuasaan-Nya.
Seandainya peristiwa dalam Israk dan Mikraj ini dipelajari dan dihayati benar-benar kemungkinan manusia mampu mengelakkan dirinya daripada melakukan berbagai-bagai kejahatan. Kejadian Israk dan Mikraj juga adalah untuk menguji umat Islam (apakah percaya atau tidak dengan peristiwa tersebut). Orang-orang kafir di zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam langsung tidak mempercayai, malahan memperolok-olokkan Nabi sebaik-baik Nabi bercerita kepada mereka.
Peristiwa Israk dan Mikraj itu merupakan ujian dan mukjizat yang membuktikan kudrat atau kekuasaan Allah Subhanahu Wataala. Allah Subhanahu Wataala telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam.
Mafhum Firman Allah S.W.T. : "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Surah Al-Israa': Ayat 1).
Sempena bulan baik dan mengingati sejarah perjuangan Rasulullah SAW...27 Rejab menjadi tarikh keramat umat Islam bagi peristiwa Israk Mikraj.Jadi bacalah dan renungkan bersama....
PERISTIWA ISRAK DAN MIKRAJ
Sempena bulan Rejab yang banyak keberkatannya ini, ruangan Sudut Agama menyorot peristiwa Israk dan Mikraj yang berlaku pada 27 Rejab, setahun sebelum Hijrah. Penerangan yang diberikan adalah bersifat sepintas lalu, dan dicadangkan agar anda merujuk kepada ahli agama yang benar dan bertauliah seperti ustaz atau guru yang berkenaan bagi mendapatkan fakta dan huraian selanjutnya.
Ringkasan Peristiwa Israk Dan Mikraj
Sebelum Israk dan Mikraj
Rasulullah S.A.W. mengalami pembedahan dada / perut, dilakukan oleh malaikat Jibrail dan Mika'il. Hati Baginda S.A.W.. dicuci dengan air zamzam, dibuang ketul hitam ('alaqah) iaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian dituangkan hikmat, ilmu, dan iman.ke dalam dada Rasulullah S.A.W. Setelah itu, dadanya dijahit dan dimeterikan dengan "khatimin nubuwwah". Selesai pembedahan, didatangkan binatang bernama Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam perjalanan luar biasa yang dinamakan "Israk" itu.
Semasa Israk ( Perjalanan dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa ):
Sepanjang perjalanan (israk) itu Rasulullah S.A.W. diiringi (ditemani) oleh malaikat Jibrail dan Israfil. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat-tempat yang mulia dan bersejarah), Rasulullah telah diarah oleh Jibrail supaya berhenti dan bersembahyang sebanyak dua rakaat. Antara tempat-tempat berkenaan ialah:
i. Negeri Thaibah (Madinah), tempat di mana Rasulullah akan melakukan hijrah.
ii. Bukit Tursina, iaitu tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu daripada Allah;
iii. Baitul-Laham (tempat Nabi 'Isa A.S. dilahirkan);
Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah S.A.W. menghadapi gangguan jin 'Afrit dengan api jamung dan dapat menyasikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib. Antaranya :
§ Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai, hasil (buah) yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang-ulang. Rasulullah S.A.W. dibertahu oleh Jibrail : Itulah kaum yang berjihad "Fisabilillah" yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak.
§ Tempat yang berbau harum. Rasulullah S.A.W. diberitahu oleh Jibrail : Itulah bau kubur Mayitah (tukang sisir rambut anak Fir'aun) bersama suaminya dan anak-anaknya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh oleh Fir'aun kerana tetapt teguh beriman kepada Allah (tak mahu mengakui Fir'aun sebagai Tuhan).
§ Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Jibrail memberitahu Rasulullah: Itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk sujud (sembahyang).
§ Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebeis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.
§ Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibrail: Itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri / suami.
§ Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail: Itulah orang yang makan riba`.
§ Lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Kata Jibrail: Itulah orang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.
§ Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti biasa. Kata Jibrail: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
§ Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibrail: Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah (mencela, menghinakan) orang.
§ Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibrail: Itulah orang yang bercakap besar (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
§ Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata Jibrail: Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya, nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
§ Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah S.A.W. tidak menghiraukannya. Kata Jibrail: Itulah orang yang mensesiakan umurnya sampai ke tua.
§ Seorang perempuan bongkok tiga menahan Rasulullah untuk bertanyakan sesuatu. Kata Jibrail: Itulah gambaran umur dunia yang sangat tua dan menanti saat hari kiamat.
Setibanya di masjid Al-Aqsa, Rasulullah turun dari Buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia` dan mursalin menjadi makmum.
Rasulullah S.A.W. terasa dahaga, lalu dibawa Jibrail dua bejana yang berisi arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata Jibrail: Baginda membuat pilhan yang betul. Jika arak itu dipilih, nescaya ramai umat baginda akan menjadi sesat.
Semasa Mikraj ( Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah ):
Didatangkan Mikraj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah S.A.W. dan Jibrail naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
i. Langit Pertama: Rasulullah S.A.W. dan Jibrail masuk ke langit pertama, lalu berjumpa dengan Nabi Adam A.S. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu penzina perempuan.
ii. Langit Kedua: Nabi S.A.W. dan Jibrail naik tangga langit yang kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi 'Isa A.S. dan Nabi Yahya A.S.
iii. Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf A.S.
iv. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan Nabi Idris A.S.
v. Langit Kelima: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan Nabi Harun A.S. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.
vi. Langit Keenam: Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan Nabi-Nabi. Seterusnya dengan Nabi Musa A.S. Rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh Jibrail) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70,000 orang yang masuk syurga tanpa hisab.
vii. Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu bertemu dengan Nabi Ibrahim Khalilullah yang sedang bersandar di Baitul-Ma'mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim A.S. bersabda, "Engkau akan berjumapa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha'if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga iaitu LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHMengikut riwayat lain, Nabi Ibahim A.S. bersabda, "Sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka, syurga itu baik tanahnya, tawar airnya dan tanamannya ialah lima kalimah, iaitu: SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR dan WA LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAHIL- 'ALIYYIL-'AZHIM. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan sepohon pokok dalam syurga". Setelah melihat beberpa peristiwa lain yang ajaib. Rasulullah dan Jibrail masuk ke dalam Baitul-Makmur dan bersembahyang (Baitul-Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).
viii. Tangga Kelapan: Di sinilah disebut "al-Kursi" yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. menyaksikan pelbagai keajaiban pada pokok itu: Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah S.A.W. dapat menyaksikan pula sungai Al-Kautsar yang terus masuk ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga dan melihat neraka berserta dengan Malik penunggunya.
ix. Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam. Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur 'Arasy, iaitu lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya.
x. Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat Rabbul-Arbab lalu dapat menyaksikan Allah S.W.T. dengan mata kepalanya, lantas sujud. Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul-Nya:
Allah S.W.T : Ya Muhammad.
Rasulullah : Labbaika.
Allah S.W.T : Angkatlah kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan.
Rasulullah : Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan 'Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah S.W.T : Aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai berita gembira dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah Al-Fatihah) yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah 'Arasy. Aku berikan habuan daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku kurniakanmu panji-panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah panji-panjimu. Dan Aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.
Selesai munajat, Rasulullah S.A.W. di bawa menemui Nabi Ibrahim A.S. kemudian Nabi Musa A.S. yang kemudiannya menyuruh Rasulullah S.A.W. merayu kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.
Selepas Mikraj
Rasulullah S.A.W. turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang Buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi saksi (bukti) peristiwa Israk dan Mikraj yang amat ajaib itu (Daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rejab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu'alam.
(Sumber : Kitab Jam'ul-Fawaa`id)
Kesimpulannya, Peristiwa Israk dan Mikraj bukan hanya sekadar sebuah kisah sejarah yang diceritakan kembali setiap kali 27 Rejab menjelang. Adalah lebih penting untuk kita menghayati pengajaran di sebalik peristiwa tersebut bagi meneladani perkara yang baik dan menjauhi perkara yang tidak baik. Peristiwa Israk dan Mikraj yang memperlihatkan pelbagai kejadian aneh yang penuh pengajaran seharusnya memberi keinsafan kepada kita agar sentiasa mengingati Allah dan takut kepada kekuasaan-Nya.
Seandainya peristiwa dalam Israk dan Mikraj ini dipelajari dan dihayati benar-benar kemungkinan manusia mampu mengelakkan dirinya daripada melakukan berbagai-bagai kejahatan. Kejadian Israk dan Mikraj juga adalah untuk menguji umat Islam (apakah percaya atau tidak dengan peristiwa tersebut). Orang-orang kafir di zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam langsung tidak mempercayai, malahan memperolok-olokkan Nabi sebaik-baik Nabi bercerita kepada mereka.
Peristiwa Israk dan Mikraj itu merupakan ujian dan mukjizat yang membuktikan kudrat atau kekuasaan Allah Subhanahu Wataala. Allah Subhanahu Wataala telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam.
Mafhum Firman Allah S.W.T. : "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Surah Al-Israa': Ayat 1).
Wednesday, July 23, 2008
BELAJAR ARAB - MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMA
مُفْرَد - مُثَنَّى - جَمْع
MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMAK
Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.
Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah ( نِ ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats. Contoh:
Mufrad
Tarjamah
Mutsanna
Tarjamah
رَجُلٌ
= seorang laki-laki
رَجُلاَنِ
= dua orang laki-laki
جَنَّةٌ
= sebuah kebun
جَنَّتَانِ
= dua buah kebun
مُسْلِمٌ
= seorang muslim
مُسْلِمَانِ
= dua orang muslim
مُسْلِمَةٌ
= seorang muslimah
مُسْلِمَتَانِ
= dua orang muslimah
Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbahagi dua macam:
1. JAMAK SALIM ( جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:
Mufrad
Tarjamah
Jamak
Tarjamah
اِبْنٌ
= seorang putera
بَنُوْنَ
= putera-putera
بِنْتٌ
= seorang puteri
بَنَاتٌ
= puteri-puteri
مُسْلِمٌ
= seorang muslim
مُسْلِمُوْنَ
= muslim-muslim
مُسْلِمَةٌ
= seorang muslimah
مُسْلِمَاتٌ
= muslimah-muslimah
2. JAMAK TAKSIR (جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:
Mufrad
Tarjamah
Jamak
Tarjamah
رَسُوْلٌ
= seorang rasul
رُسُلٌ
= rasul-rasul
عَالِمٌ
= seorang alim
عُلَمَاءُ
= orang-orang alim
رَجُلٌ
= seorang laki-laki
رِجَالٌ
= para laki-laki
اِمْرَأَةٌ
= seorang perempuan
نِسَاءٌ
= perempuan-perempuan
Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda temukan!
MUFRAD (Tunggal) - MUTSANNA (Dual) - JAMAK
Dari segi bilangannya, bentuk-bentuk Isim dibagi tiga:
1) ISIM MUFRAD (tunggal) kata benda yang hanya satu atau sendiri.
2) ISIM MUTSANNA (dual) kata benda yang jumlahnya dua.
3) ISIM JAMAK (plural) atau kata benda yang jumlahnya lebih dari dua.
Isim Mutsanna (Dual) bentuknya selalu beraturan yakni diakhiri dengan huruf Nun Kasrah ( نِ ), baik untuk Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats. Contoh:
Mufrad
Tarjamah
Mutsanna
Tarjamah
رَجُلٌ
= seorang laki-laki
رَجُلاَنِ
= dua orang laki-laki
جَنَّةٌ
= sebuah kebun
جَنَّتَانِ
= dua buah kebun
مُسْلِمٌ
= seorang muslim
مُسْلِمَانِ
= dua orang muslim
مُسْلِمَةٌ
= seorang muslimah
مُسْلِمَتَانِ
= dua orang muslimah
Adapun Isim Jamak, dari segi bentuknya terbahagi dua macam:
1. JAMAK SALIM ( جمْع سَالِم ) yang bentuknya beraturan:
Mufrad
Tarjamah
Jamak
Tarjamah
اِبْنٌ
= seorang putera
بَنُوْنَ
= putera-putera
بِنْتٌ
= seorang puteri
بَنَاتٌ
= puteri-puteri
مُسْلِمٌ
= seorang muslim
مُسْلِمُوْنَ
= muslim-muslim
مُسْلِمَةٌ
= seorang muslimah
مُسْلِمَاتٌ
= muslimah-muslimah
2. JAMAK TAKSIR (جَمْع تَكْسِيْر ) yang bentuknya tidak beraturan:
Mufrad
Tarjamah
Jamak
Tarjamah
رَسُوْلٌ
= seorang rasul
رُسُلٌ
= rasul-rasul
عَالِمٌ
= seorang alim
عُلَمَاءُ
= orang-orang alim
رَجُلٌ
= seorang laki-laki
رِجَالٌ
= para laki-laki
اِمْرَأَةٌ
= seorang perempuan
نِسَاءٌ
= perempuan-perempuan
Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda temukan!
BELAJAR ARAB - (MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan))
مُذَكَّر - مُؤَنَّث
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)
Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis jentinanya (untuk manusia dan haiwan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).
Contoh Isim Mudzakkar
Contoh Isim Muannats
عِيْسَى
(= 'Isa)
مَرْيَم
(= Maryam)
اِبْنٌ
(= putera)
بِنْتٌ
(= puteri)
بَقَرٌ
(= sapi jantan)
بَقَرَةٌ
(= sapi betina)
بَحْرٌ
(= laut)
رِيْحٌ
(= angin)
Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)
Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya: رِيْحٌ (= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari)
Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh: حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)
Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal kosakata yang baru anda temukan!
MUDZAKKAR (Laki-laki) - MUANNATS (Perempuan)
Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar (laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis jentinanya (untuk manusia dan haiwan) dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).
Contoh Isim Mudzakkar
Contoh Isim Muannats
عِيْسَى
(= 'Isa)
مَرْيَم
(= Maryam)
اِبْنٌ
(= putera)
بِنْتٌ
(= puteri)
بَقَرٌ
(= sapi jantan)
بَقَرَةٌ
(= sapi betina)
بَحْرٌ
(= laut)
رِيْحٌ
(= angin)
Dari segi bentuknya, Isim Muannats biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:
a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)
Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya: رِيْحٌ (= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari)
Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh: حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)
Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum mengerti pelajaran di atas dan menghafal kosakata yang baru anda temukan!
BELAJAR ARAB (Pembahagian Kata)
أَقْسَامُ الْكَلِمَةُ
PEMBAHAGIAN KATA
Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar iaitu:
1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad".
Contoh: م - س - ج - د
2. Susunan huruf yang memiliki erti tertentu yang disebut "kata".
Contoh: مَسْجِدٌ (= masjid)
3. Rangkaian kata yang mengandungi fikiran yang lengkap yang disebut "kalimat".
Contoh: أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)
Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibahagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم ) atau "kata benda". Contoh: مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL ( فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh: أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF ( حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh: فِيْ (= di, dalam)
Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Melayu, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bolehlah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.
PEMBAHAGIAN KATA
Semua bahasa manusia tersusun dari tiga komponen dasar iaitu:
1. Satuan bunyi yang disebut "huruf" atau "abjad".
Contoh: م - س - ج - د
2. Susunan huruf yang memiliki erti tertentu yang disebut "kata".
Contoh: مَسْجِدٌ (= masjid)
3. Rangkaian kata yang mengandungi fikiran yang lengkap yang disebut "kalimat".
Contoh: أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ (= saya shalat di masjid)
Dalam tata bahasa Arab, "kata" dibahagi ke dalam tiga golongan besar:
1. ISIM ( اِسْم ) atau "kata benda". Contoh: مَسْجِد (= masjid)
2. FI'IL ( فِعْل ) atau "kata kerja". Contoh: أُصَلِّيْ (= saya shalat)
3. HARF ( حَرْف ) atau "kata tugas". Contoh: فِيْ (= di, dalam)
Penggunaan istilah Kata Benda, Kata Kerja dan Kata Tugas dalam tata bahasa Melayu, tidak sama persis dengan Isim, Fi'il dan Harf dalam tata bahasa Arab. Namun bolehlah dipakai untuk sekadar mendekatkan pengertian.
6 PEGANGAN - Imam Hassan Al Banna
1.Agama hanya dapat dirasakan oleh sesiapa yang menegakkannya dalam dirinya.
2.Bahagia dan saadah hanya akan dirasakan oleh orang yang membela keyakinan, kebenaran dan keadilan.
3.Kemenangan dan kejayaan hakiki hanya akan diberikan kepada para pejuang yang rela berkorban, kuat menahan penderitaan dan kepapaan.
4.Kesabaran dan ketahanan berjuang hanya akan diberikan kepada mukmin yang mendekatkan diri kepada Allah S.W.T.
5.Tegaklah dengan keyakinan dan perjuangan kerana makna dan guna hidup terletak pada keyakinan perjuangan.
6.Belajar memanfaatkan diri guna kepentingan cita dan agama.
Iman Hassan Al-Banna
2.Bahagia dan saadah hanya akan dirasakan oleh orang yang membela keyakinan, kebenaran dan keadilan.
3.Kemenangan dan kejayaan hakiki hanya akan diberikan kepada para pejuang yang rela berkorban, kuat menahan penderitaan dan kepapaan.
4.Kesabaran dan ketahanan berjuang hanya akan diberikan kepada mukmin yang mendekatkan diri kepada Allah S.W.T.
5.Tegaklah dengan keyakinan dan perjuangan kerana makna dan guna hidup terletak pada keyakinan perjuangan.
6.Belajar memanfaatkan diri guna kepentingan cita dan agama.
Iman Hassan Al-Banna
10 KEISTIMEWAAN WANITA
1. Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda , " Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
2.Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang menangis kerana takutkan Allah .Dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya
4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam syurga.
5.Barangsiapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah.Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.
6. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barangsiapa mempunyai dua tiga anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
8. Daripada Aisyah r.a." Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
10. Aisyah r.a berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?" Jawab Rasulullah SAW "Suaminya." " Siapa pula berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."
2.Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang menangis kerana takutkan Allah .Dan orang yang takutkan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya
4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah SAW) di dalam syurga.
5.Barangsiapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah.Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail.
6. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barangsiapa mempunyai dua tiga anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
8. Daripada Aisyah r.a." Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
10. Aisyah r.a berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?" Jawab Rasulullah SAW "Suaminya." " Siapa pula berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."
KISAH NABI YUSUF A.S
Dua pelajaran diperolehi daripada kisah Nabi Yusuf. Pertama, mengenai makna sepatah perkataan Arab di dalam al-Qur'an. Perkataan itu ialah "rasul" yang lazimnya diguna untuk "Rasul Allah", atau "Utusan Allah". Akan tetapi, pada sebuah ayat dalam surah Yusuf perkataan itu digunakan oleh Allah untuk seorang utusan atau pembawa berita kepada seorang raja. Inilah ayatnya:
"Raja berkata, 'Datangkanlah dia (Yusuf) kepadaku.' Apabila rasul (utusan) datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata, 'Kembalilah kepada pemelihara (raja) kamu, dan tanyalah dia, 'Bagaimanakah dengan wanita-wanita yang memotong tangan mereka?' Sesungguhnya Pemeliharaku mengetahui muslihat mereka.'" (Qur'an 12:50).
Maka perkataan rasul bukan sahaja diguna untuk Rasul Allah, malah ia boleh digunakan untuk orang yang tugasnya seperti utusan atau pembawa berita bagi orang lain.
Rasul di dalam ayat tadi adalah orang suruhan bagi seorang raja yang dihantar, atau diutus, untuk berjumpa dan membawa Nabi Yusuf dari penjara ke istana. Begitulah sedikit kisah Nabi Yusuf yang menarik disebut di sini.
Dengan itu, membawa kepada pelajaran kedua dalam kisah Nabi Yusuf dengan adik-beradik, ibu dan bapanya. Cerita-cerita mereka merupakan suatu pelajaran juga, seperti kata Allah:
"Sesungguhnya dalam cerita-cerita mereka adalah pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai minda" (12:111).
Kisah Nabi Yusuf tersurat dalam Surah ke-12 al-Qur'an. Nama surah itu pun mengambil sempena nama Nabi Yusuf, iaitu Yusuf. Menurut suatu sumber, baginda dikatakan tinggal di sekitar tahun 1700 S.M, iaitu kira-kira 3,700 tahun dahulu. Atau, kurang lebih dua ribu tiga ratus tahun sebelum kemunculan Nabi Muhammad.
Kisah Nabi Yusuf adalah cerita yang paling baik dalam al-Qur'an. Firman-Nya:
"Kami menceritakan kepada kamu cerita yang paling baik dalam apa yang Kami mewahyukan kamu, al-Qur'an ini" (12:3).
Cerita bermula dengan mimpi Nabi Yusuf semasa dia kanak-kanak. Mimpi itu diceritakannya kepada bapanya Yaakub, yang juga menjadi seorang Nabi.
"Apabila Yusuf berkata kepada bapanya, 'Ayah, saya melihat sebelas bintang, dan matahari, dan bulan; saya melihat mereka sujud kepada saya" (12:4).
Setelah mendengar cerita Yusuf, bapanya melarang mimpi itu daripada diceritakan kepada saudara-saudaranya. Dia juga memberi tahu Yusuf bahawa Tuhan telah memilihnya dan mengajarnya interpretasi mimpi.
Abang-abangnya tidak suka padanya kerana mereka sangka Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapa mereka daripada mereka. Lalu mereka bercadang untuk membunuh atau membuang Yusuf ke tempat lain. Akan tetapi,
"Seorang daripada mereka berkata, 'Tidak, janganlah membunuh Yusuf, tetapi lemparlah dia ke dasar perigi, dan sebahagian pengembara akan memungutnya, jika kamu mahu melakukan'" (12:10).
Setelah menetapkan rancangan itu mereka pergi kepada bapa mereka, meminta kebenarannya, supaya Yusuf dapat pergi bersama mereka untuk bersuka-suka dan bermain-main pada keesokan hari.
Pada mulanya bapa mereka keberatan untuk membenarkan Yusuf pergi bersama mereka, dengan berkata "Ia menyedihkan aku bahawa kamu pergi dengannya, dan aku takut akan serigala memakannya sedang kamu lalai daripadanya" (12:13).
"Maka apabila mereka pergi dengannya, dan mereka bersetuju untuk meletakkan dia di dasar perigi, lalu Kami mewahyukannya, 'Kamu akan memberitahu mereka mengenai perbuatan mereka ini apabila mereka tidak menyedari'" (12:15).
Mereka balik kepada bapa mereka pada waktu isyak, menangis dan berkata, "Ayah, kami pergi berlumba lari, dan meninggalkan Yusuf dengan barang-barang kami, lalu serigala memakannya. Tetapi ayah tidak akan mempercayai kami, walaupun kami berkata benar."
Dan, mereka menunjukkan baju Yusuf dengan darah palsu padanya. Bapanya berkata, "Tidak, tetapi jiwa kamu menghasut kamu untuk melakukan sesuatu perkara. Tetapi marilah, kesabaran yang manis! Dan pertolongan Allah dipohonkan terhadap apa yang kamu menyifatkan."
Tidak lama kemudian, pengembara-pengembara datang ke perigi di mana Yusuf berada di dasarnya. Mereka mengutus seorang pengambil air lalu dia menurunkan timbanya. Tiba-tiba dia berkata, "Oh, berita gembira! Ini seorang anak lelaki muda."
Mereka mengambil Yusuf dan merahsiakannya sebagai barang dagangan; dan Allah mengetahui apa yang mereka buat. Kemudian mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, hanya beberapa dirham sahaja, kerana mereka tidak menghargainya.
Orang yang membelinya, dari Mesir, berkata kepada isterinya, "Berilah dia tempat tinggal yang mulia, dan boleh jadi dia akan bermanfaat kepada kita, atau kita mengambil dia sebagai anak sendiri."
Dengan itu, Tuhan meneguhkan Yusuf di bumi supaya Dia mengajarnya interpretasi mimpi.
Maka tinggallah Nabi Yusuf bersama orang Mesir yang membelinya sehingga dewasa. Dia menjadi seorang lelaki yang amat kacak. Kekacakan beliau membuatkan perempuan, yang di rumahnya dia tinggal, tergoda.
Perempuan itu menutup pintu-pintu seraya berkata, "Marilah kepadaku!" Yusuf menjawab, "Pada Allah berlindung! Sesungguhnya tuanku telah memberi aku tempat tinggal yang baik!"
Kalau tidak kerana pertolongan Allah, Nabi Yusuf turut tergoda pada perempuan itu. Kedua-duanya lari ke pintu, dan perempuan tersebut mengoyakkan baju Yusuf dari belakang.
Mereka mendapati ketua mereka di depan pintu. Perempuan itu berkata, "Apakah balasan bagi orang yang menghendaki kejahatan terhadap keluarga kamu, melainkan bahawa dia dipenjarakan, atau satu azab yang pedih?"
Yusuf berkata, "Dia yang menggoda saya". Lalu seorang daripada ahli keluarga itu memberi suatu penjelasan, "Jika bajunya dikoyakkan di bahagian depan, maka perempuan itu telah berkata benar, dan Yusuf berdusta, tetapi jika bajunya dikoyakkan di bahagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta, dan Yusuf orang yang benar."
Apabila ketua mereka melihat bajunya dikoyakkan dari belakang, dia berkata, "Ini muslihat perempuan daripada kamu; sesungguhnya muslihat kamu besar. Yusuf, berpalinglah daripada ini, dan kamu, perempuan, mintalah ampun atas kesalahan kamu; sesungguhnya kamu bersalah."
Kejadian itu sampai ke telinga wanita-wanita tertentu di kota. Mereka berbisik, "Isteri Gabenor menggoda pemudanya yang menundukkan hatinya dengan cinta!"
Setelah isteri Gabenor mendengar bisikan-bisikan licik mereka, dia mengutus kepada mereka, dan menyediakan bagi mereka tempat-tempat bersandar, kemudian dia memberikan tiap-tiap seorang daripada mereka sebilah pisau.
Kemudian, dia menyuruh Yusuf pergi kepada perempuan-perempuan tersebut. Apabila mereka melihatnya, mereka sangat kagum padanya, lalu mereka memotong tangan-tangan mereka, dengan berkata, "Dijauhkan Allah! Bukanlah ini manusia; dia tidak lain, hanyalah seorang malaikat yang mulia."
Lalu isteri Gabenor berkata, "Inilah dia orangnya yang kamu mencela aku dengannya. Benar, aku telah menggoda dia, tetapi dia menolak. Dan, jika dia tidak membuat apa yang aku memerintahkannya, dia akan dipenjarakan."
Yusuf berkata, "Pemeliharaku, penjara lebih aku menyukai untukku daripada apa yang mereka menyeru aku kepadanya, dan jika Engkau tidak memalingkan muslihat mereka daripada aku, tentu aku akan berkeinginan benar pada mereka, dan aku menjadi orang yang bodoh."
Pemeliharanya pula menyahutinya, dan Dia memalingkan daripadanya muslihat perempuan-perempuan itu; sesungguhnya Dialah Yang Mendengar, Yang Mengetahui.
Maka Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Bersama dia adalah dua orang pemuda. Seorang daripada mereka berkata, "Aku bermimpi bahawa aku memerah anggur." Berkata yang lain, "Aku bermimpi bahawa aku membawa roti di atas kepalaku dan burung-burung makan sebahagiannya. Beritahulah kami interpretasinya. Kami melihat bahawa kamu adalah orang yang berbuat baik."
Yusuf berkata, "Wahai rakan-rakanku yang sepenjara, bagi seorang daripada kamu, dia akan menuangkan minuman arak untuk tuannya; bagi yang satu lagi, dia akan disalib, dan burung akan makan sebahagian daripada kepalanya."
Kemudian dia berkata kepada orang yang dia menyangka akan diselamatkan antara keduanya, "Sebutlah aku kepada tuan kamu." Akan tetapi, syaitan menjadikan dia lupa untuk menyebutnya, supaya dia tetap di dalam penjara selama beberapa tahun.
Suatu hari, raja berkata, "Aku melihat dalam mimpi tujuh ekor lembu yang gemuk, dan tujuh yang kurus memakan mereka; dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering. Wahai pembesar-pembesarku, putuskanlah kepadaku mimpiku."
Tiada seorang pun antara mereka yang tahu. Kemudian pemuda yang telah diselamatkan dahulu berkata, setelah teringat, "Aku sendiri akan memberitahu kamu interpretasinya, maka utuslah aku."
"Wahai Yusuf orang yang benar, putuskanlah kepada kami mengenai tujuh ekor lembu yang gemuk, yang tujuh yang kurus memakan, dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering, supaya aku kembali kepada mereka agar mereka mengetahui."
Yusuf berkata, "Kamu menyemai tujuh tahun seperti biasa; apa yang kamu tuai, tinggalkanlah ia pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya kamu makan. Kemudian sesudah itu, akan datang kepada kamu tujuh tahun yang keras yang memakan apa yang kamu menyediakan bagi mereka, semua, kecuali sedikit yang kamu simpan. Selepas itu, akan datang satu tahun yang manusia diberi pertolongan hujan, dan padanya mereka memerah."
Raja berkata setelah mendengar interpretasi mimpi oleh Yusuf yang dibawa oleh utusannya, "Datangkanlah dia kepadaku." Apabila utusan itu tiba, Yusuf berkata, "Kembalilah kepada tuan kamu, dan tanyalah dia, mengenai wanita-wanita yang memotong tangan mereka?"
Raja bertanya, "Apakah urusan kamu, perempuan-perempuan, apabila kamu menggoda Yusuf?" Mereka menjawab, "Dijauhkan Allah! Kami tidak mengetahui kejahatan padanya."
Isteri Gabenor berkata, "Sekarang yang benar akhirnya menjadi nyata. Sayalah yang menggodanya."
Raja berkata, "Datangkanlah dia kepadaku. Aku akan mendekatkannya dengan diriku." Setelah Yusuf berada dengannya, dia berkata kepada Yusuf, "Pada hari ini, kamu berkedudukan teguh dalam sokongan kami, dan dalam kepercayaan kami."
Yusuf berkata, "Lantiklah saya kepada perbendaharaan bumi ini; saya adalah penjaga yang alim (berpengetahuan)."
"Maka Kami meneguhkan Yusuf di bumi untuk dia menetap di mana sahaja dia kehendaki, dan Kami tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik" (12:56).
Suatu hari, saudara-saudara Yusuf datang lalu masuk kepadanya. Dia kenal akan mereka, tetapi mereka tidak mengenalinya. Mereka datang untuk meminta pertolongan makanan.
Setelah Yusuf menyiapkan bekal untuk mereka, dia berkata, "Datangkanlah kepadaku saudara kamu yang tertentu daripada bapa kamu. Tidakkah kamu melihat aku menepati sukatan, dan aku yang terbaik daripada penerima-penerima tamu? Tetapi jika kamu tidak mendatangkan dia kepadaku, maka tidak akan ada sukatan bagi kamu denganku, dan tidak juga kamu dapat mendekatiku."
Mereka menjawab, "Kami akan memujuk bapa kami; itu kami akan buat."
Lalu Yusuf menyuruh budak-budak suruhannya meletakkan balik barang-barang mereka (yang dibawa untuk mengganti bekalan makanan daripada Yusuf) ke dalam pundi-pundi mereka supaya mereka mengenalinya apabila mereka balik kepada keluarga mereka.
Apabila mereka kembali kepada bapa mereka, mereka berkata, "Ayah, sukatan itu akan dinafikan kepada kami, maka utuslah bersama kami saudara kami supaya kami mendapatkan sukatan itu. Sesungguhnya kami akan menjaganya."
Bapa mereka berkata, "Adakah aku akan mempercayai kamu kepadanya seperti aku mempercayai kamu kepada saudaranya dahulu?"
Dan, apabila mereka membuka barang-barang mereka, mereka mendapati barang-barang mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Ayah, apakah yang kita menginginkan lagi? Barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita mendapat bekalan makanan untuk keluarga kita, dan kita akan menjaga saudara kita; kita akan mendapat tambahan beban seekor unta. Itulah sukatan yang mudah."
"Aku tidak akan mengutusnya bersama kamu sehingga kamu memberi aku satu janji yang teguh dengan Allah, bahawa kamu pasti akan mendatangkannya kembali kepadaku, kecuali kamu diliputi." Apabila mereka telah memberikannya janji mereka, dia berkata, "Allah menjadi Wakil atas apa yang kami ucapkan."
Maka apabila mereka masuk kepada Yusuf sekali lagi, dia mengambil saudaranya kepadanya, seraya berkata, "Aku saudara kamu; maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang mereka buat."
Kemudian, apabila Yusuf menyiapkan persiapan untuk mereka, dia meletakkan gelas minumannya ke dalam pundi saudara yang diambilnya.
Sedang mereka mula bertolak untuk kembali kepada keluarga mereka, datang pula orang yang menyeru, "Hai kafilah, kamu adalah pencuri!"
Mereka bertanya sambil mendekati orang yang menyeru, "Apa yang kamu hilang?"
"Kami kehilangan gelas berkaki kepunyaan raja. Sesiapa mendatangkannya akan mendapat beban seekor unta; itu aku jamin."
Mereka berkata, "Demi Allah, kamu mengetahui bahawa kami tidak datang untuk membuat kerosakan di bumi. Kami bukanlah pencuri."
"Apakah balasannya jika kamu adalah pendusta?"
"Balasannya - dalam pundi sesiapa ia didapati, maka dialah balasannya. Begitulah kami membalas orang-orang yang zalim."
"Maka dia (Yusuf) memulakan dengan karung-karung mereka sebelum karung saudaranya, kemudian dia mengeluarkannya daripada karung saudaranya. Begitulah Kami membuat muslihat untuk Yusuf; dia tidak boleh mengambil saudaranya, menurut agama (pengadilan) raja, kecuali apa yang Allah menghendaki.
Mereka berkata, "Jika dia seorang pencuri, seorang saudaranya adalah seorang pencuri dahulu." Tetapi Yusuf merahsiakannya di dalam dirinya, dan tidak menampakkannya kepada mereka, dengan berkata, "Kedudukan kamu lebih buruk; Allah sangat mengetahui apa yang kamu menyifatkan."
Mereka berkata, "Wahai al-aziz (yang perkasa), dia mempunyai bapa yang sangat tua; maka ambillah salah seorang antara kami untuk mengganti tempatnya; kami melihat bahawa kamu adalah antara orang-orang yang berbuat baik."
Berkata, "Allah menegah bahawa kami patut mengambil sesiapa sahaja kecuali orang yang kami mendapati barang kami padanya, kerana jika kami berbuat demikian, tentulah kami menjadi orang-orang yang zalim" (12:76-79).
Apabila mereka kembali kepada bapa mereka dan menceritakan hal saudaranya yang mencuri dan ditahan di Mesir kedukaan bapanya bertambah,
"Dan dia berpaling daripada mereka, dan berkata, 'Aduhai, dukacitaku untuk Yusuf!' Dan kedua-dua matanya menjadi putih kerana kesedihan yang mencekiknya di dalam dirinya" (12:84).
Kemudian dia berkata, "Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya. Janganlah berputus asa daripada kesenangan Allah; daripada kesenangan Allah, tiada yang berputus asa melainkan kaum yang tidak percaya (kafir)."
Lalu mereka pergi kepada Yusuf dan berkata, "Wahai al-aziz, penderitaan telah menyentuh kami dan keluarga kami. Kami datang dengan barang-barang yang tidak berharga. Tepatilah kepada kami sukatan, dan bersedekahlah kepada kami; sesungguhnya Allah membalas orang-orang yang bersedekah."
Yusuf bertanya, "Adakah kamu mengetahui apa yang kamu melakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, ketika kamu orang-orang yang bodoh?"
Mereka menjawab, "Mengapa, adakah kamu benar-benar Yusuf?"
Dia berkata, "Aku Yusuf. Ini saudaraku. Sungguh, Allah telah berbudi baik kepada kami. Sesiapa bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik."
Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih menyukai kamu daripada kami, dan sesungguhnya kami bersalah."
Yusuf berkata, "Tidak ada celaan pada hari ini kepada kamu; Allah mengampuni kamu; Dia yang paling berpengasihan daripada yang berpengasihan. Pergilah, ambil baju ini, dan kamu lemparlah ia kepada muka ayahku, dan dia akan memperoleh kembali penglihatannya; kemudian datangkanlah kepadaku keluarga kamu kesemuanya."
Maka, apabila kafilah telah berangkat, bapa mereka berkata, "Sesungguhnya aku mendapati bau Yusuf, melainkan kamu menuduh aku nyanyuk."
Mereka berkata, "Demi Allah, sungguh kamu adalah dalam kesesatan kamu yang dahulu."
Tetapi apabila pembawa berita gembira datang kepadanya dan melemparkan baju Yusuf ke mukanya, tiba-tiba dia kembali dapat melihat. Dia berkata, "Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahawa aku mengetahui daripada Allah apa yang kamu tidak tahu?"
Mereka berkata, "Ayah kami, mintalah ampun untuk kami atas kesalahan-kesalahan kami; sesungguhnya kami bersalah."
"Sungguh, aku akan meminta Pemeliharaku untuk mengampuni kamu; sesungguhnya Dialah Yang Pengampun, Yang Pengasih."
Kemudian mereka berangkat ke Mesir untuk menemui Yusuf.
"Maka, apabila mereka masuk kepada Yusuf, dia mengambil ibu dan bapanya kepadanya, dengan berkata, 'Masuklah kamu ke Mesir, jika Allah mengkehendaki, dalam keadaan aman.'
Dan dia menaikkan ibu dan bapanya ke atas singgahsana; dan yang lain, jatuh bersujud kepadanya. Berkata, 'Ayah, inilah interpretasi mimpi saya yang dahulu; Pemelihara saya telah membuatnya benar. Dia telah berbudi baik kepada saya apabila Dia mengeluarkan saya dari penjara, dan Dia mendatangkan kamu dari gurun setelah syaitan menyelisihkan antara saya dan saudara saya. Pemelihara saya halus terhadap apa yang Dia mengkehendaki; sesungguhnya Dialah Yang Mengetahui, Yang Bijaksana.
Wahai Pemeliharaku, Engkau telah memberikan aku untuk memerintah, dan Engkau telah mengajar aku interpretasi mimpi. Wahai Pemula langit dan bumi, Engkau Waliku (Pelindungku) di dunia dan akhirat. Matikanlah aku dalam kemusliman, dan satukanlah aku dengan orang-orang yang salih" (12:99-101).
Apakah pelajaran atau pelajaran-pelajaran yang anda perolehi daripada kisah Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya?
"Raja berkata, 'Datangkanlah dia (Yusuf) kepadaku.' Apabila rasul (utusan) datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata, 'Kembalilah kepada pemelihara (raja) kamu, dan tanyalah dia, 'Bagaimanakah dengan wanita-wanita yang memotong tangan mereka?' Sesungguhnya Pemeliharaku mengetahui muslihat mereka.'" (Qur'an 12:50).
Maka perkataan rasul bukan sahaja diguna untuk Rasul Allah, malah ia boleh digunakan untuk orang yang tugasnya seperti utusan atau pembawa berita bagi orang lain.
Rasul di dalam ayat tadi adalah orang suruhan bagi seorang raja yang dihantar, atau diutus, untuk berjumpa dan membawa Nabi Yusuf dari penjara ke istana. Begitulah sedikit kisah Nabi Yusuf yang menarik disebut di sini.
Dengan itu, membawa kepada pelajaran kedua dalam kisah Nabi Yusuf dengan adik-beradik, ibu dan bapanya. Cerita-cerita mereka merupakan suatu pelajaran juga, seperti kata Allah:
"Sesungguhnya dalam cerita-cerita mereka adalah pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai minda" (12:111).
Kisah Nabi Yusuf tersurat dalam Surah ke-12 al-Qur'an. Nama surah itu pun mengambil sempena nama Nabi Yusuf, iaitu Yusuf. Menurut suatu sumber, baginda dikatakan tinggal di sekitar tahun 1700 S.M, iaitu kira-kira 3,700 tahun dahulu. Atau, kurang lebih dua ribu tiga ratus tahun sebelum kemunculan Nabi Muhammad.
Kisah Nabi Yusuf adalah cerita yang paling baik dalam al-Qur'an. Firman-Nya:
"Kami menceritakan kepada kamu cerita yang paling baik dalam apa yang Kami mewahyukan kamu, al-Qur'an ini" (12:3).
Cerita bermula dengan mimpi Nabi Yusuf semasa dia kanak-kanak. Mimpi itu diceritakannya kepada bapanya Yaakub, yang juga menjadi seorang Nabi.
"Apabila Yusuf berkata kepada bapanya, 'Ayah, saya melihat sebelas bintang, dan matahari, dan bulan; saya melihat mereka sujud kepada saya" (12:4).
Setelah mendengar cerita Yusuf, bapanya melarang mimpi itu daripada diceritakan kepada saudara-saudaranya. Dia juga memberi tahu Yusuf bahawa Tuhan telah memilihnya dan mengajarnya interpretasi mimpi.
Abang-abangnya tidak suka padanya kerana mereka sangka Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapa mereka daripada mereka. Lalu mereka bercadang untuk membunuh atau membuang Yusuf ke tempat lain. Akan tetapi,
"Seorang daripada mereka berkata, 'Tidak, janganlah membunuh Yusuf, tetapi lemparlah dia ke dasar perigi, dan sebahagian pengembara akan memungutnya, jika kamu mahu melakukan'" (12:10).
Setelah menetapkan rancangan itu mereka pergi kepada bapa mereka, meminta kebenarannya, supaya Yusuf dapat pergi bersama mereka untuk bersuka-suka dan bermain-main pada keesokan hari.
Pada mulanya bapa mereka keberatan untuk membenarkan Yusuf pergi bersama mereka, dengan berkata "Ia menyedihkan aku bahawa kamu pergi dengannya, dan aku takut akan serigala memakannya sedang kamu lalai daripadanya" (12:13).
"Maka apabila mereka pergi dengannya, dan mereka bersetuju untuk meletakkan dia di dasar perigi, lalu Kami mewahyukannya, 'Kamu akan memberitahu mereka mengenai perbuatan mereka ini apabila mereka tidak menyedari'" (12:15).
Mereka balik kepada bapa mereka pada waktu isyak, menangis dan berkata, "Ayah, kami pergi berlumba lari, dan meninggalkan Yusuf dengan barang-barang kami, lalu serigala memakannya. Tetapi ayah tidak akan mempercayai kami, walaupun kami berkata benar."
Dan, mereka menunjukkan baju Yusuf dengan darah palsu padanya. Bapanya berkata, "Tidak, tetapi jiwa kamu menghasut kamu untuk melakukan sesuatu perkara. Tetapi marilah, kesabaran yang manis! Dan pertolongan Allah dipohonkan terhadap apa yang kamu menyifatkan."
Tidak lama kemudian, pengembara-pengembara datang ke perigi di mana Yusuf berada di dasarnya. Mereka mengutus seorang pengambil air lalu dia menurunkan timbanya. Tiba-tiba dia berkata, "Oh, berita gembira! Ini seorang anak lelaki muda."
Mereka mengambil Yusuf dan merahsiakannya sebagai barang dagangan; dan Allah mengetahui apa yang mereka buat. Kemudian mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, hanya beberapa dirham sahaja, kerana mereka tidak menghargainya.
Orang yang membelinya, dari Mesir, berkata kepada isterinya, "Berilah dia tempat tinggal yang mulia, dan boleh jadi dia akan bermanfaat kepada kita, atau kita mengambil dia sebagai anak sendiri."
Dengan itu, Tuhan meneguhkan Yusuf di bumi supaya Dia mengajarnya interpretasi mimpi.
Maka tinggallah Nabi Yusuf bersama orang Mesir yang membelinya sehingga dewasa. Dia menjadi seorang lelaki yang amat kacak. Kekacakan beliau membuatkan perempuan, yang di rumahnya dia tinggal, tergoda.
Perempuan itu menutup pintu-pintu seraya berkata, "Marilah kepadaku!" Yusuf menjawab, "Pada Allah berlindung! Sesungguhnya tuanku telah memberi aku tempat tinggal yang baik!"
Kalau tidak kerana pertolongan Allah, Nabi Yusuf turut tergoda pada perempuan itu. Kedua-duanya lari ke pintu, dan perempuan tersebut mengoyakkan baju Yusuf dari belakang.
Mereka mendapati ketua mereka di depan pintu. Perempuan itu berkata, "Apakah balasan bagi orang yang menghendaki kejahatan terhadap keluarga kamu, melainkan bahawa dia dipenjarakan, atau satu azab yang pedih?"
Yusuf berkata, "Dia yang menggoda saya". Lalu seorang daripada ahli keluarga itu memberi suatu penjelasan, "Jika bajunya dikoyakkan di bahagian depan, maka perempuan itu telah berkata benar, dan Yusuf berdusta, tetapi jika bajunya dikoyakkan di bahagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta, dan Yusuf orang yang benar."
Apabila ketua mereka melihat bajunya dikoyakkan dari belakang, dia berkata, "Ini muslihat perempuan daripada kamu; sesungguhnya muslihat kamu besar. Yusuf, berpalinglah daripada ini, dan kamu, perempuan, mintalah ampun atas kesalahan kamu; sesungguhnya kamu bersalah."
Kejadian itu sampai ke telinga wanita-wanita tertentu di kota. Mereka berbisik, "Isteri Gabenor menggoda pemudanya yang menundukkan hatinya dengan cinta!"
Setelah isteri Gabenor mendengar bisikan-bisikan licik mereka, dia mengutus kepada mereka, dan menyediakan bagi mereka tempat-tempat bersandar, kemudian dia memberikan tiap-tiap seorang daripada mereka sebilah pisau.
Kemudian, dia menyuruh Yusuf pergi kepada perempuan-perempuan tersebut. Apabila mereka melihatnya, mereka sangat kagum padanya, lalu mereka memotong tangan-tangan mereka, dengan berkata, "Dijauhkan Allah! Bukanlah ini manusia; dia tidak lain, hanyalah seorang malaikat yang mulia."
Lalu isteri Gabenor berkata, "Inilah dia orangnya yang kamu mencela aku dengannya. Benar, aku telah menggoda dia, tetapi dia menolak. Dan, jika dia tidak membuat apa yang aku memerintahkannya, dia akan dipenjarakan."
Yusuf berkata, "Pemeliharaku, penjara lebih aku menyukai untukku daripada apa yang mereka menyeru aku kepadanya, dan jika Engkau tidak memalingkan muslihat mereka daripada aku, tentu aku akan berkeinginan benar pada mereka, dan aku menjadi orang yang bodoh."
Pemeliharanya pula menyahutinya, dan Dia memalingkan daripadanya muslihat perempuan-perempuan itu; sesungguhnya Dialah Yang Mendengar, Yang Mengetahui.
Maka Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Bersama dia adalah dua orang pemuda. Seorang daripada mereka berkata, "Aku bermimpi bahawa aku memerah anggur." Berkata yang lain, "Aku bermimpi bahawa aku membawa roti di atas kepalaku dan burung-burung makan sebahagiannya. Beritahulah kami interpretasinya. Kami melihat bahawa kamu adalah orang yang berbuat baik."
Yusuf berkata, "Wahai rakan-rakanku yang sepenjara, bagi seorang daripada kamu, dia akan menuangkan minuman arak untuk tuannya; bagi yang satu lagi, dia akan disalib, dan burung akan makan sebahagian daripada kepalanya."
Kemudian dia berkata kepada orang yang dia menyangka akan diselamatkan antara keduanya, "Sebutlah aku kepada tuan kamu." Akan tetapi, syaitan menjadikan dia lupa untuk menyebutnya, supaya dia tetap di dalam penjara selama beberapa tahun.
Suatu hari, raja berkata, "Aku melihat dalam mimpi tujuh ekor lembu yang gemuk, dan tujuh yang kurus memakan mereka; dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering. Wahai pembesar-pembesarku, putuskanlah kepadaku mimpiku."
Tiada seorang pun antara mereka yang tahu. Kemudian pemuda yang telah diselamatkan dahulu berkata, setelah teringat, "Aku sendiri akan memberitahu kamu interpretasinya, maka utuslah aku."
"Wahai Yusuf orang yang benar, putuskanlah kepada kami mengenai tujuh ekor lembu yang gemuk, yang tujuh yang kurus memakan, dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering, supaya aku kembali kepada mereka agar mereka mengetahui."
Yusuf berkata, "Kamu menyemai tujuh tahun seperti biasa; apa yang kamu tuai, tinggalkanlah ia pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya kamu makan. Kemudian sesudah itu, akan datang kepada kamu tujuh tahun yang keras yang memakan apa yang kamu menyediakan bagi mereka, semua, kecuali sedikit yang kamu simpan. Selepas itu, akan datang satu tahun yang manusia diberi pertolongan hujan, dan padanya mereka memerah."
Raja berkata setelah mendengar interpretasi mimpi oleh Yusuf yang dibawa oleh utusannya, "Datangkanlah dia kepadaku." Apabila utusan itu tiba, Yusuf berkata, "Kembalilah kepada tuan kamu, dan tanyalah dia, mengenai wanita-wanita yang memotong tangan mereka?"
Raja bertanya, "Apakah urusan kamu, perempuan-perempuan, apabila kamu menggoda Yusuf?" Mereka menjawab, "Dijauhkan Allah! Kami tidak mengetahui kejahatan padanya."
Isteri Gabenor berkata, "Sekarang yang benar akhirnya menjadi nyata. Sayalah yang menggodanya."
Raja berkata, "Datangkanlah dia kepadaku. Aku akan mendekatkannya dengan diriku." Setelah Yusuf berada dengannya, dia berkata kepada Yusuf, "Pada hari ini, kamu berkedudukan teguh dalam sokongan kami, dan dalam kepercayaan kami."
Yusuf berkata, "Lantiklah saya kepada perbendaharaan bumi ini; saya adalah penjaga yang alim (berpengetahuan)."
"Maka Kami meneguhkan Yusuf di bumi untuk dia menetap di mana sahaja dia kehendaki, dan Kami tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik" (12:56).
Suatu hari, saudara-saudara Yusuf datang lalu masuk kepadanya. Dia kenal akan mereka, tetapi mereka tidak mengenalinya. Mereka datang untuk meminta pertolongan makanan.
Setelah Yusuf menyiapkan bekal untuk mereka, dia berkata, "Datangkanlah kepadaku saudara kamu yang tertentu daripada bapa kamu. Tidakkah kamu melihat aku menepati sukatan, dan aku yang terbaik daripada penerima-penerima tamu? Tetapi jika kamu tidak mendatangkan dia kepadaku, maka tidak akan ada sukatan bagi kamu denganku, dan tidak juga kamu dapat mendekatiku."
Mereka menjawab, "Kami akan memujuk bapa kami; itu kami akan buat."
Lalu Yusuf menyuruh budak-budak suruhannya meletakkan balik barang-barang mereka (yang dibawa untuk mengganti bekalan makanan daripada Yusuf) ke dalam pundi-pundi mereka supaya mereka mengenalinya apabila mereka balik kepada keluarga mereka.
Apabila mereka kembali kepada bapa mereka, mereka berkata, "Ayah, sukatan itu akan dinafikan kepada kami, maka utuslah bersama kami saudara kami supaya kami mendapatkan sukatan itu. Sesungguhnya kami akan menjaganya."
Bapa mereka berkata, "Adakah aku akan mempercayai kamu kepadanya seperti aku mempercayai kamu kepada saudaranya dahulu?"
Dan, apabila mereka membuka barang-barang mereka, mereka mendapati barang-barang mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Ayah, apakah yang kita menginginkan lagi? Barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita mendapat bekalan makanan untuk keluarga kita, dan kita akan menjaga saudara kita; kita akan mendapat tambahan beban seekor unta. Itulah sukatan yang mudah."
"Aku tidak akan mengutusnya bersama kamu sehingga kamu memberi aku satu janji yang teguh dengan Allah, bahawa kamu pasti akan mendatangkannya kembali kepadaku, kecuali kamu diliputi." Apabila mereka telah memberikannya janji mereka, dia berkata, "Allah menjadi Wakil atas apa yang kami ucapkan."
Maka apabila mereka masuk kepada Yusuf sekali lagi, dia mengambil saudaranya kepadanya, seraya berkata, "Aku saudara kamu; maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang mereka buat."
Kemudian, apabila Yusuf menyiapkan persiapan untuk mereka, dia meletakkan gelas minumannya ke dalam pundi saudara yang diambilnya.
Sedang mereka mula bertolak untuk kembali kepada keluarga mereka, datang pula orang yang menyeru, "Hai kafilah, kamu adalah pencuri!"
Mereka bertanya sambil mendekati orang yang menyeru, "Apa yang kamu hilang?"
"Kami kehilangan gelas berkaki kepunyaan raja. Sesiapa mendatangkannya akan mendapat beban seekor unta; itu aku jamin."
Mereka berkata, "Demi Allah, kamu mengetahui bahawa kami tidak datang untuk membuat kerosakan di bumi. Kami bukanlah pencuri."
"Apakah balasannya jika kamu adalah pendusta?"
"Balasannya - dalam pundi sesiapa ia didapati, maka dialah balasannya. Begitulah kami membalas orang-orang yang zalim."
"Maka dia (Yusuf) memulakan dengan karung-karung mereka sebelum karung saudaranya, kemudian dia mengeluarkannya daripada karung saudaranya. Begitulah Kami membuat muslihat untuk Yusuf; dia tidak boleh mengambil saudaranya, menurut agama (pengadilan) raja, kecuali apa yang Allah menghendaki.
Mereka berkata, "Jika dia seorang pencuri, seorang saudaranya adalah seorang pencuri dahulu." Tetapi Yusuf merahsiakannya di dalam dirinya, dan tidak menampakkannya kepada mereka, dengan berkata, "Kedudukan kamu lebih buruk; Allah sangat mengetahui apa yang kamu menyifatkan."
Mereka berkata, "Wahai al-aziz (yang perkasa), dia mempunyai bapa yang sangat tua; maka ambillah salah seorang antara kami untuk mengganti tempatnya; kami melihat bahawa kamu adalah antara orang-orang yang berbuat baik."
Berkata, "Allah menegah bahawa kami patut mengambil sesiapa sahaja kecuali orang yang kami mendapati barang kami padanya, kerana jika kami berbuat demikian, tentulah kami menjadi orang-orang yang zalim" (12:76-79).
Apabila mereka kembali kepada bapa mereka dan menceritakan hal saudaranya yang mencuri dan ditahan di Mesir kedukaan bapanya bertambah,
"Dan dia berpaling daripada mereka, dan berkata, 'Aduhai, dukacitaku untuk Yusuf!' Dan kedua-dua matanya menjadi putih kerana kesedihan yang mencekiknya di dalam dirinya" (12:84).
Kemudian dia berkata, "Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya. Janganlah berputus asa daripada kesenangan Allah; daripada kesenangan Allah, tiada yang berputus asa melainkan kaum yang tidak percaya (kafir)."
Lalu mereka pergi kepada Yusuf dan berkata, "Wahai al-aziz, penderitaan telah menyentuh kami dan keluarga kami. Kami datang dengan barang-barang yang tidak berharga. Tepatilah kepada kami sukatan, dan bersedekahlah kepada kami; sesungguhnya Allah membalas orang-orang yang bersedekah."
Yusuf bertanya, "Adakah kamu mengetahui apa yang kamu melakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, ketika kamu orang-orang yang bodoh?"
Mereka menjawab, "Mengapa, adakah kamu benar-benar Yusuf?"
Dia berkata, "Aku Yusuf. Ini saudaraku. Sungguh, Allah telah berbudi baik kepada kami. Sesiapa bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik."
Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih menyukai kamu daripada kami, dan sesungguhnya kami bersalah."
Yusuf berkata, "Tidak ada celaan pada hari ini kepada kamu; Allah mengampuni kamu; Dia yang paling berpengasihan daripada yang berpengasihan. Pergilah, ambil baju ini, dan kamu lemparlah ia kepada muka ayahku, dan dia akan memperoleh kembali penglihatannya; kemudian datangkanlah kepadaku keluarga kamu kesemuanya."
Maka, apabila kafilah telah berangkat, bapa mereka berkata, "Sesungguhnya aku mendapati bau Yusuf, melainkan kamu menuduh aku nyanyuk."
Mereka berkata, "Demi Allah, sungguh kamu adalah dalam kesesatan kamu yang dahulu."
Tetapi apabila pembawa berita gembira datang kepadanya dan melemparkan baju Yusuf ke mukanya, tiba-tiba dia kembali dapat melihat. Dia berkata, "Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahawa aku mengetahui daripada Allah apa yang kamu tidak tahu?"
Mereka berkata, "Ayah kami, mintalah ampun untuk kami atas kesalahan-kesalahan kami; sesungguhnya kami bersalah."
"Sungguh, aku akan meminta Pemeliharaku untuk mengampuni kamu; sesungguhnya Dialah Yang Pengampun, Yang Pengasih."
Kemudian mereka berangkat ke Mesir untuk menemui Yusuf.
"Maka, apabila mereka masuk kepada Yusuf, dia mengambil ibu dan bapanya kepadanya, dengan berkata, 'Masuklah kamu ke Mesir, jika Allah mengkehendaki, dalam keadaan aman.'
Dan dia menaikkan ibu dan bapanya ke atas singgahsana; dan yang lain, jatuh bersujud kepadanya. Berkata, 'Ayah, inilah interpretasi mimpi saya yang dahulu; Pemelihara saya telah membuatnya benar. Dia telah berbudi baik kepada saya apabila Dia mengeluarkan saya dari penjara, dan Dia mendatangkan kamu dari gurun setelah syaitan menyelisihkan antara saya dan saudara saya. Pemelihara saya halus terhadap apa yang Dia mengkehendaki; sesungguhnya Dialah Yang Mengetahui, Yang Bijaksana.
Wahai Pemeliharaku, Engkau telah memberikan aku untuk memerintah, dan Engkau telah mengajar aku interpretasi mimpi. Wahai Pemula langit dan bumi, Engkau Waliku (Pelindungku) di dunia dan akhirat. Matikanlah aku dalam kemusliman, dan satukanlah aku dengan orang-orang yang salih" (12:99-101).
Apakah pelajaran atau pelajaran-pelajaran yang anda perolehi daripada kisah Nabi Yusuf dengan saudara-saudaranya?
Gambar Seni Khat
GURU PEMBIMBING GENERASI BANGSA
Artikel ini pula saya dapat daripada khutbah Jumaat JAKIM...Nak tau bapa mertua i menang dan bergelar sebagai Juara Pertandingan Membaca Khutbah Jumaat pada Maulidur Rasul lepas....Ini menunjukkan isi kandungannya memang padat dengan isi dan amat baik untuk dibaca oleh semua pendidik sebagai panduan untuk menjadi pendidik yang berjaya suatu hari nanti...Insya Allah
Islam menganjurkan umatnya agar sentiasa berusaha mencari ilmu pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran dan penguasaan diri dalam pelbagai bidang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, kerana sekiranya kita hidup tanpa ilmu, kemungkinan kita pada hari ini masih lagi berada dalam kemunduran dan kemiskinan. Oleh itu, jelaslah kepada kita bahawa ketinggian ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting dalam membezakan antara kemajuan dan kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.
kerana itu, Allah s.w.t. telah mewajibkan kita menuntut ilmu sebagaimana Sabda Rasulullah s.a.w. dalam sebuah Hadis :
" عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ " .
( Riwayat Ibni Majah )
Maksudnya : " Dari Anas bin Malik r.a. dia berkata : Telah bersabda Rasulullah s.a.w. menuntut ilmu adalah satu kefardhuan ke atas setiap Muslim dan muslimat " .
Apabila kita berbicara tentang ilmu dan pendidikan bererti sekaligus kita meletakkan para guru dan pendidik sebagai golongan yang amat penting sebagai agen pembangunan dan perubahan minda ummah.
Tugas seorang pendidik bukanlah satu Tugas yang mudah dan bukan boleh dilakukan oleh semua orang. Justeru itu, kerjaya sebagai seorang pendidik dianggap sebagai satu tugas yang sangat mulia dan istemewa. Lebih-lebih lagi dalam era yang penuh mencabar ini, menuntut pengorbanan dan komitmen yang padu dalam mendidik anak bangsa menjadi insan yang cemerlang, berwibawa dan sentiasa mendapat petunjuk serta keredhaan dari Allah s.w.t.
Kerana itu, kita seharusnya bersyukur di atas pengorbanan dan jasa guru yang telah mendidik serta membimbing kita menjadi manusia yang baik pada hari ini. baik guru yang terlibat secara langsung mendidik kita di sekolah mahupun diperingkat University dan tidak kurang penting juga kepada guru yang mengajar kita mengenal membaca ayat-ayat Al-Quran, fardhu ian dan sebagainya. Tampa bimbingan dan tunjuk ajar dari mereka kita tidak mempunyai asas yang kuat untuk mengamalkan kefardhuan asas dalam Islam .
Justeru, sambutan hari guru yang disambut setiap tahun merupakan satu penghargaan dan pengiktirafan terhadap pengorbanan serta komitmen warga pendidik dalam mengembeling tenaga membentuk anak-anak bangsa menjadi manusia yang berguna kepada agama, bangsa dan negara .
Pada hari ini kita semua tidak dapat menafikan bahawa perubahan terus berlaku, tanggungjawab dan peranan pendidik sememangnya mencabar berbanding era sebelumnya. Kesan globalisasi dan perkembangan ICT menuntut semua warga pendidik berusaha gigih bagi menghasilkan anak didik yang benar-benar berilmu, berakhlak mulia, mempunyai jati diri, dan mampu bersaing pada peringkat nasional mahupun global.
Menyedari hakikat inilah, maka pelbagai usaha dan program telah dirancang dan dilaksanakan oleh pihak kerajaan bagi memastikan mutu dan kualiti pendidikan sentiasa berada ditahap yang terbaik. selaras dengan aspirasi negara untuk membina masyarakat yang berilmu, bertamadun dan maju. Maka satu pendekatan baru diperkenalkan iaitu " Mewujudkan Sekolah Bistari " yang menggabungkan sistem pendidikan bersepadu .
Justeru itu, peranan pendidik bukan sahaja mengajar subjek yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, tatapi mereka juga bertindak mendidik minda dan membina syahsiah pelajar. kita sedar bahwa masa depan pelajar, masa depan bangsa dan negara adalah berkait rapat dengan corak didikan guru pada hari ini. Kerana itu, guru sebagai agen perubah minda adalah sangat dituntut agar menguasai pelbagai kemahiran demi mencapai wawasan negara khususnya dalam era revolusi maklumat dan teknologi masa kini.
Pada kesempatan ini, mimbar Jumaat ingin menyeru seluruh warga pendidik dan semua orang agar sentiasa berusaha untuk menambah ilmu pengetahuan dari masa kesemasa, kerana kita sedar bahawa ilmu yang ada pada diri kita ini sebenarnya hanyalah sedikit. Ini jelas sebagaimana firman Allah dalam surah al-Kahfi ayat : 109 :
Maksudnya : " Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah semua jenis lautan menjadi tinta untuk menulis kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya sebagai bantuan".
Dari ayat tersebut, gelas menunjukkan bahawa ilmu itu sangat luas dan banyak yang perlu diterokai. Maka jalan terbaik untuk meluaskan penguasaan ilmu pengetahuan ialah dengan belajar dan menuntut ilmu secara berterusan.
Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka dihormati dan dikenang jasanya sepanjang hayat. Oleh itu, marilah sama-sama kita berdoa kehadrat s.w.t. agar mereka yang telah mendidik kita baik dari kalangan ibu bapa mahupun guru-guru mendapat rahmat dan pertolongan s.w.t. sepanjang masa. Manakala bagi guru-guru yang telah kembali rahmatullah sama-samalah kita mendoakan semoga roh mereka dicucuri rahmat s.w.t. Manakala bagi pelajar-pelajar hendaklah sentiasa menghormati para guru dan tahu membalas budi guru dengan menjaga adab-adab yang diajar oleh Islam diantaranya :
1. Pelajar hendaklah mendahului memberi salam apabila bertemu dengan guru.
2. Pelajar hendaklah menjaga maruah guru dan jangan sekali-kali cuba mencari kesilapan dan keaiban guru.
3. Hendaklah bersikap sopan apabila bercakap dengan guru.
4. membantah atau melawan arahan guru serta jangan menyakiti hati guru bagi mendapatkan keberkatan ilmu yang dipelajari.
Berkah usaha dan pengorbanan para guru ini akan dapat melahirkan generasi ummah khususnya belia yang mantap dari segi akidah dan akhlak serta mampu memberi sumbangan kepada pembangunan negara dimasa akan datang .
Sebenarnya generasi belia yang mendapat pendidikan dengan sempurna merupakan harapan kita semua kerana merekalah yang bakal menggantikan para pemimpin dimasa akan datang. Kerana itulah Prof. Dr. Yusof Al-Qardawi seorang pemikir Islam yang tersohor dan disegani pernah berkata bahwa generasi belia yang berilmu, berakhlak dan berhemah tinggi akan dapat membentuk sebuah negara yang maju serta aman makmur .
Menyedari hakikat ini, seharusnya peranan dan tanggungjawab pendidik serta belia terutamanya dalam menjana pembangunan negara perlu digerakkan. Kerana itu, kita selaku ibu bapa dan warga pendidik perlu menyedarkan golongan pelajar yang mencapai peringkat belia agar tidak menghabiskan masa dengan berfoya-foya dan melakukan aktiviti-aktiviti yang tidak berfaedah dengan memberi penekanan bahawa golongan belia sepatutnya berperanan menyumbang idea dan tenaga kearah pembangunan modal insan untuk menjadikan kita bangsa yang dihormati dan disegani dipersada dunia.
Justeru itulah, generasi belia yang telah mendapat pendidikan tinggi pada hari ini perlu memperlengkapkan lagi diri mereka dengan berbagai persiapan merangkumi aspek rohani dan jasmani agar mereka tidak hilang jati diri serta sentiasa mendapat pertolongan dan keredaan dari Allah sepanjang masa. Adalah diharapkan apabila golongan pelajar ini keluar dalam masyarakat menjadikan diri mereka sebagai golongan belia yang bertaqwa, berakhlak mulia dan berupaya menyumbangkan jiwa dan raga kepada pembangunan dan kemakmuran negara.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم،
Maksudnya : " ( lalu dikatakan kepada mereka ) makanlah dari rezki pemberian Tuhan kamu dan, bersyukurlah kepadanya, (negeri kamu ini adalah) negeri yang baik (aman dan makmur) dan (Tuhan kamu adalah) Tuhan yang amat pengampun" .
Islam menganjurkan umatnya agar sentiasa berusaha mencari ilmu pengetahuan di samping berusaha untuk mempertingkatkan kemahiran dan penguasaan diri dalam pelbagai bidang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga merupakan kunci kepada kebahagiaan hidup manusia di dunia, kerana sekiranya kita hidup tanpa ilmu, kemungkinan kita pada hari ini masih lagi berada dalam kemunduran dan kemiskinan. Oleh itu, jelaslah kepada kita bahawa ketinggian ilmu pengetahuan merupakan ukuran yang sangat penting dalam membezakan antara kemajuan dan kemunduran bagi sesuatu bangsa dan negara.
kerana itu, Allah s.w.t. telah mewajibkan kita menuntut ilmu sebagaimana Sabda Rasulullah s.a.w. dalam sebuah Hadis :
" عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ " .
( Riwayat Ibni Majah )
Maksudnya : " Dari Anas bin Malik r.a. dia berkata : Telah bersabda Rasulullah s.a.w. menuntut ilmu adalah satu kefardhuan ke atas setiap Muslim dan muslimat " .
Apabila kita berbicara tentang ilmu dan pendidikan bererti sekaligus kita meletakkan para guru dan pendidik sebagai golongan yang amat penting sebagai agen pembangunan dan perubahan minda ummah.
Tugas seorang pendidik bukanlah satu Tugas yang mudah dan bukan boleh dilakukan oleh semua orang. Justeru itu, kerjaya sebagai seorang pendidik dianggap sebagai satu tugas yang sangat mulia dan istemewa. Lebih-lebih lagi dalam era yang penuh mencabar ini, menuntut pengorbanan dan komitmen yang padu dalam mendidik anak bangsa menjadi insan yang cemerlang, berwibawa dan sentiasa mendapat petunjuk serta keredhaan dari Allah s.w.t.
Kerana itu, kita seharusnya bersyukur di atas pengorbanan dan jasa guru yang telah mendidik serta membimbing kita menjadi manusia yang baik pada hari ini. baik guru yang terlibat secara langsung mendidik kita di sekolah mahupun diperingkat University dan tidak kurang penting juga kepada guru yang mengajar kita mengenal membaca ayat-ayat Al-Quran, fardhu ian dan sebagainya. Tampa bimbingan dan tunjuk ajar dari mereka kita tidak mempunyai asas yang kuat untuk mengamalkan kefardhuan asas dalam Islam .
Justeru, sambutan hari guru yang disambut setiap tahun merupakan satu penghargaan dan pengiktirafan terhadap pengorbanan serta komitmen warga pendidik dalam mengembeling tenaga membentuk anak-anak bangsa menjadi manusia yang berguna kepada agama, bangsa dan negara .
Pada hari ini kita semua tidak dapat menafikan bahawa perubahan terus berlaku, tanggungjawab dan peranan pendidik sememangnya mencabar berbanding era sebelumnya. Kesan globalisasi dan perkembangan ICT menuntut semua warga pendidik berusaha gigih bagi menghasilkan anak didik yang benar-benar berilmu, berakhlak mulia, mempunyai jati diri, dan mampu bersaing pada peringkat nasional mahupun global.
Menyedari hakikat inilah, maka pelbagai usaha dan program telah dirancang dan dilaksanakan oleh pihak kerajaan bagi memastikan mutu dan kualiti pendidikan sentiasa berada ditahap yang terbaik. selaras dengan aspirasi negara untuk membina masyarakat yang berilmu, bertamadun dan maju. Maka satu pendekatan baru diperkenalkan iaitu " Mewujudkan Sekolah Bistari " yang menggabungkan sistem pendidikan bersepadu .
Justeru itu, peranan pendidik bukan sahaja mengajar subjek yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, tatapi mereka juga bertindak mendidik minda dan membina syahsiah pelajar. kita sedar bahwa masa depan pelajar, masa depan bangsa dan negara adalah berkait rapat dengan corak didikan guru pada hari ini. Kerana itu, guru sebagai agen perubah minda adalah sangat dituntut agar menguasai pelbagai kemahiran demi mencapai wawasan negara khususnya dalam era revolusi maklumat dan teknologi masa kini.
Pada kesempatan ini, mimbar Jumaat ingin menyeru seluruh warga pendidik dan semua orang agar sentiasa berusaha untuk menambah ilmu pengetahuan dari masa kesemasa, kerana kita sedar bahawa ilmu yang ada pada diri kita ini sebenarnya hanyalah sedikit. Ini jelas sebagaimana firman Allah dalam surah al-Kahfi ayat : 109 :
Maksudnya : " Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah semua jenis lautan menjadi tinta untuk menulis kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis kalimah-kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya sebagai bantuan".
Dari ayat tersebut, gelas menunjukkan bahawa ilmu itu sangat luas dan banyak yang perlu diterokai. Maka jalan terbaik untuk meluaskan penguasaan ilmu pengetahuan ialah dengan belajar dan menuntut ilmu secara berterusan.
Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka dihormati dan dikenang jasanya sepanjang hayat. Oleh itu, marilah sama-sama kita berdoa kehadrat s.w.t. agar mereka yang telah mendidik kita baik dari kalangan ibu bapa mahupun guru-guru mendapat rahmat dan pertolongan s.w.t. sepanjang masa. Manakala bagi guru-guru yang telah kembali rahmatullah sama-samalah kita mendoakan semoga roh mereka dicucuri rahmat s.w.t. Manakala bagi pelajar-pelajar hendaklah sentiasa menghormati para guru dan tahu membalas budi guru dengan menjaga adab-adab yang diajar oleh Islam diantaranya :
1. Pelajar hendaklah mendahului memberi salam apabila bertemu dengan guru.
2. Pelajar hendaklah menjaga maruah guru dan jangan sekali-kali cuba mencari kesilapan dan keaiban guru.
3. Hendaklah bersikap sopan apabila bercakap dengan guru.
4. membantah atau melawan arahan guru serta jangan menyakiti hati guru bagi mendapatkan keberkatan ilmu yang dipelajari.
Berkah usaha dan pengorbanan para guru ini akan dapat melahirkan generasi ummah khususnya belia yang mantap dari segi akidah dan akhlak serta mampu memberi sumbangan kepada pembangunan negara dimasa akan datang .
Sebenarnya generasi belia yang mendapat pendidikan dengan sempurna merupakan harapan kita semua kerana merekalah yang bakal menggantikan para pemimpin dimasa akan datang. Kerana itulah Prof. Dr. Yusof Al-Qardawi seorang pemikir Islam yang tersohor dan disegani pernah berkata bahwa generasi belia yang berilmu, berakhlak dan berhemah tinggi akan dapat membentuk sebuah negara yang maju serta aman makmur .
Menyedari hakikat ini, seharusnya peranan dan tanggungjawab pendidik serta belia terutamanya dalam menjana pembangunan negara perlu digerakkan. Kerana itu, kita selaku ibu bapa dan warga pendidik perlu menyedarkan golongan pelajar yang mencapai peringkat belia agar tidak menghabiskan masa dengan berfoya-foya dan melakukan aktiviti-aktiviti yang tidak berfaedah dengan memberi penekanan bahawa golongan belia sepatutnya berperanan menyumbang idea dan tenaga kearah pembangunan modal insan untuk menjadikan kita bangsa yang dihormati dan disegani dipersada dunia.
Justeru itulah, generasi belia yang telah mendapat pendidikan tinggi pada hari ini perlu memperlengkapkan lagi diri mereka dengan berbagai persiapan merangkumi aspek rohani dan jasmani agar mereka tidak hilang jati diri serta sentiasa mendapat pertolongan dan keredaan dari Allah sepanjang masa. Adalah diharapkan apabila golongan pelajar ini keluar dalam masyarakat menjadikan diri mereka sebagai golongan belia yang bertaqwa, berakhlak mulia dan berupaya menyumbangkan jiwa dan raga kepada pembangunan dan kemakmuran negara.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم،
Maksudnya : " ( lalu dikatakan kepada mereka ) makanlah dari rezki pemberian Tuhan kamu dan, bersyukurlah kepadanya, (negeri kamu ini adalah) negeri yang baik (aman dan makmur) dan (Tuhan kamu adalah) Tuhan yang amat pengampun" .
AMALAN DI BULAN REJAB - Abd al-Razzaq bin Abd Muthalib
Assalamualaikum.....
Teringin juga rasa nak baca cerita agama di blog sendiri...jadi saya ambil artikel menarik ini semoga ianya dapat dimanfaatkan bersama....
Jadi saya pun buka satu blog baru agar ia mudah untuk saya baca dan simpan di samping memberi ruang kepada rakan-rakan agar sama-sama bermuzakarah dengan aman dan selesa...
AMALAN DI BULAN REJAB - Abd al-Razzaq bin Abd Muthalib
Allah swt telah mengutuskan para rasul dan menurunkan kitab-kitabnya serta menyediakan batas-batas arahan dan larangan atau boleh juga disebut sebagai syariat kepada manusia. Ini semua bertujuan tidak lain dan tidak bukan supaya manusia itu mengabdikan diri serta mentauhidkan Allah swt di dalam semua keadaan dan tingkah lakunya. Malah, inilah tujuan utama penciptaan makhluk seperti mana yang ditegaskan oleh Allah swt di dalam firmannya yang bermaksud:
"Dan tidak Aku ciptakan jin dam manusia itu kecuali untuk mengabdikan diri kepada-Ku". (Surah al-Zaariyat: ayat 56).
Suatu perkara yang penting dan perlu untuk diberikan perhatian bahawa segala bentuk ibadah ini tidak akan diterima oleh Allah swt melainkan jika ianya dilakukan dengan penuh keikhlasan kepada Allah swt serta menepati dengan cara yang dilakukan dan diperintahkan oleh Rasulullah saw. Maka sebarang bentuk ibadah yang tidak memenuhi dua syarat ini, ianya tidak akan diterima oleh Allah swt apatah lagi untuk diberikan ganjaran. Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Maka barangsiapa yang percaya dan mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amalan soleh dan janganlah mempersekutukan sesiapa pun di dalam ibadah kepada Tuhannya". ( Surah al-Kahfi: ayat 110).
Al-Imam Ibn Kathir (w 774 H) di dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahawa: ((Barangsiapa yang mengharapkan ganjaran serta balasan yang baik hendaklah ia melakukan amalan yang bertepatan dengan syariat Allah, dan hanya kerana Allah (ikhlas) serta tidak ada sekutu bagi-Nya, dan inilah dua rukun untuk diterima segala amalan, iaitu mesti dilakukan dengan ikhlas kepada Allah dan menepati dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw)).
(Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-‘Azim (Dimashq: Maktabah Dar al-Fiha’, cetakan ke-2, 1998), jilid 3, m/s 147).
Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapat para ulamak, antaranya al-Fudhail bin ‘Iyadh r.h dalam kata-katanya: Sesungguhnya amalan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan tetapi tidak betul maka ianya tidak akan diterima, dan jika dilakukan dengan betul tetapi tidak ikhlas, ianya juga tidak diterima, sehinggalah ianya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan betul. Dan ikhlas itu ialah apabila dilakukan hanya kerana Allah ‘Azza wa Jalla, dan betul itu pula ialah apabila dilakukan menepati sunnah Rasulullah saw.
(Ibn Rejab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyah, cetakan ke-3, 2000), m/s 15).
Bulan Rejab dan amalan yang dilakukan di dalamnya.
Bulan Rejab adalah antara salah satu bulan yang termasuk di dalam bulan-bulan yang suci. Dinamakan dengan Rejab bersempena dengan penghormatan terhadapnya di zaman jahiliyyah dengan tidak melakukan sebarang peperangan di dalam bulan ini. (Al-Razi, Mukhtar al-Sihah (Bierut: Muassah al-Risalah, 2001), m/s 215)
Telah menjadi amalan kebanyakan umat Islam untuk menghidupkan bulan ini dengan pelbagai amalan. Persoalannya, adakah amalan-amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas dan menepati sunnah Rasulullah saw untuk melayakkan amalan tersebut diterima? Menyentuh tentang persoalan ikhlas, kemungkinan semua orang memilikinya, tetapi adakah amalan tersebut bertepatan dengan syariat dan sunnah Rasulullah saw. Justeru, menjadi kewajipan ke atas umat Islam untuk menyemak dan memastikan segala amalan yang dilakukannya itu bertepatan dengan syariat dan sama dengan cara yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
Antara amalan-amalan yang dilakukan oleh umat Islam dalam bulan Rejab ini yang tidak menepati sunnah Rasulullah saw ialah:
1) Menghidupkan malam ke-27, dan dinamakan dengan malam al-Isra’ wa al-Mi’raj.
Sememangnya tidak dapat dinafikan bahawa peristiwa al-Isra’ wa al-Mi’raj merupakan salah satu daripada peristiwa besar dan penting di dalam sejarah Islam. Ianya bukti kepada kebesaran Allah swt dan kebenaran Nabi Muhamad saw serta risalah yang dibawa oleh Baginda. Tersebar luas di kalangan umat Islam bahawa peristiwa agung ini berlaku di malam dua puluh tujuh di bulan Rejab. Maka sebahagian besar umat Islam menyambut dan menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan yang khusus dengan mengharapkan fadhilat-fadhilat tertentu. Tetapi pendapat ini adalah tidak tepat sepertimana yang disebut oleh Syiekh Abdullah bin Abd al-Aziz bin Baz: Dan malam ini yang dikatakan berlaku padanya peristiwa al-Isra’ wa al-Mi’raj, tidak ada satu hadith sahih pun yang menyebut tentang tarikh peristiwa ini secara khusus, dan semua pendapat yang menyebut tentang tarikh berlakunya peristiwa ini secara khusus adalah tidak thabit daripada Rasulullah saw di sisi ulamak hadith, dan kepada Allah jualah diserahkan segala hikmah disebalik kerahsiaan ini kepada manusia, dan walau sekiranya terdapat hadith sahih yang menjelaskan tentang perkara ini, tetap juga tidak dibenarkan umat Islam untuk menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan yang khusus, serta tidak harus untuk menghidupkannya dengan sebarang perayaan kerana Rasulullah saw dan para sahabat r.a tidak pernah merayakannya dan tidak melakukan sebarang amalan yang khusus. Sekiranya menghidupkan atau merayakan malam ke-27 ini amalan yang disyariatkan, semestinya Nabi saw akan menunjukan panduannya sama ada dengan kata-kata atau perbuatannya, dan sekiranya amalan ini pernah dilakukan oleh Baginda saw, semestinya akan diketahui dan masyhur serta akan disampaikan oleh para sahabat ra kepada kita.
(Abdullah bin Abd al-Aziz bin Baz, al-Tahzir min al-Bida’, cetakan ke-3, Uni. Islam Madinah, m/s 7).
2) Solat Raghaib
Solat ini dilakukan berdasarkan kepada satu hadith maudhu’ yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, katanya: Telah bersabda Rasulullah saw: Rejab bulan Allah, Sya’ban bulan-ku, dan Ramadhan bulan umatku… dan tidak ada seorang pun yang berpuasa pada hari Khamis yang pertama dalam bulan Rejab kemudian melakukan solat diantara waktu Maghrib dan ‘Atamah (waktu sepertiga awal malam), iaitu dilakukan pada malam Jumaat sebanyak dua belas rakaat, dibaca pada setiap rakaat surah al-Fatihah sekali dan surah al-Qadr tiga kali, dan surah al-Ikhlas sebanyak dua belas kali, dan diselangi setiap dua rakaat dengan salam, dan apabila telah selesai, ia berselawat ke atasku sebanyak 70 kali, kemudian membaca: (Allahumma salli ‘ala Muhammadin Nabiy al-Ummiy wa ‘ala alihi), kemudian sujud dan membaca: (Subbhuhun Quddusun Rabbu al-Malaikatu wa al-Ruh) sebanyak 70 kali, kemudian ia angkat kepalanya dan kemudian membaca: (Rabbi ighfir warham watajawaj ‘amma ta’lamu innaka anta al-‘azizu al-a’dzam) sebanyak 70 kali, kemudian ia sujud kali kedua dan membaca seperti bacaan di sujud pertama, kemudian ia mohon kepada Allah segala hajatnya, nescaya akan ditunaikan. Bersabda Rasulullah saw lagi: Dan demi diriku yang di tangan-Nya, tidak ada seorang hamba pun, lelaki mahupun perempuan yang mengerjakan solat ini melainkan akan diampunkan Allah sekelian dosanya, walau pun seperti buih di lautan dan sebanyak dedaun di pohonan, dan ia akan dapat memberi syafaat pada hari Qiamat untuk 700 orang di kalangan kaum keluarganya…))
(Diriwayatkan oleh Ibn al-Jauzi, di dalam kitabnya al-Maudhu ‘at, jilid 2, m/s 124-125).
Seterusnya Ibn al-Jauzi menyebut: ((Hadith ini adalah maudhu’ dan dusta ke atas Rasulullah saw, di dalam nya terdapat seorang rawi yang bernama Ibn Jahdham yang terkenal dengan dusta, dan aku mendengar guruku; Abd al-Wahab berkata: Para rawinya majhul (tidak dikenali) dan telah disemak tentang peribadi mereka ini di dalam semua kitab tetapi tidak ku temui tentang mereka).
Al-Imam al-Syaukaniy rh juga menyebut di dalam kitabnya: al-Fawaid al-Majmu ‘ah fi al-Ahadith al-Maudhu‘ah: ((Hadith ini adalah maudhu’ dan perawinya adalah majhul (tidak dikenali), dan solat Raghaib yang masyhur ini telah sepakat para ulamak bahawa ia adalah maudhu’)).
Setelah kita mengetahui tentang kedudukan hadith yang menyebut tentang solat Raghaib ini, marilah kita melihat apakah pandangan para ulamak tentang hukum mengerjakan solat tersebut.
Imam al-Nawawi (w 676H) berkata: Sesungguhnya ia adalah bid ‘ah yang ditegah di antara bid ‘ah-bid ‘ah yang sesat, dan padanya terdapat pelbagai percanggahan yang jelas, Allah memerangi mereka yang mencipta dan mereka-reka solat ini, dan para imam telah menulis pelbagai penulisan yang bernilai dan bermutu yang menyebut tentang keburukannya, kesesatan orang yang mengerjakan sembahyang ini, dan yang melakukan bid ‘ah ini, serta dalil tentang kejelekan, kebatilan serta kesesatan orang yang mengamalkannya adalah terlalu banyak dan tidak terhitung.
(Al-Nawawi, al-Minhaj Syarah Sahih Muslim, (Bierut: Dar al-Ma’rifah, cetakan ke-7, 2000), jilid 8, m/s 262.
Al-Imam Ibn Taimiyah (w 728 H) juga menyanggah pendapat tentang kewujudan solat ini dengan berkata: Solat ini (Raghaib) ini tidak dilakukan oleh Rasulullah saw dan tidak pula oleh seorang pun dikalangan para sahabat Baginda, tabi‘in dan para imam kaum Muslimin, dan Nabi saw tidak menggalakkannya serta tidak terdapat seorang pun dikalangan ulamak salaf dan imam-imam yang menggalakannya dan mereka tidak pernah menyebut akan adanya keutamaan-keutamaan yang khusus bagi malam ini. Hadith-hadith yang menyebut mengenainya adalah dusta dan maudhu’ dengan sepakat ahli ilmu, maka oleh kerana itu ahli-ahli tahqiq mengatakan bahawa solat tersebut adalah makruh, bukan sunat)).
(Ibn Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, 1/149)
Menurut al-Hafiz Ibn Rejab pula: Solat ini adalah bid‘ah di sisi jumhur (kebanyakan) ulamak, dan di antara mereka yang menyebut tentang perkara ini adalah di kalangan ulamak yang terkemudian seperti Abu Ismail al-Haruwi, Abu Bakar ibn al-Sam‘aniy, Abu al-Fadhl ibn Nasir, Abu al-Farj ibn al-Jawzi dan yang lain lagi, dan perkara ini tidak disebut oleh ulamak yang awal disebabkan ianya hanya muncul selepas daripada zaman mereka, dan yang terawal timbulnya perkara ini ialah selepas 400 tahun, maka sebab itulah golongan ulamak yang awal dan terdahulu tidak mengetahuinya dan tidak membincangkannya
(Ibn Rejab, Lataif al-Ma ‘arif, m/s 228)
Terdapat ramai lagi dikalangan ulamak yang membincangkan tentang hukum solat Raghaib ini. Kesimpulan yang dapat dibuat daripada pendapat-pendapat mereka semuanya menafikan kewujudan solat ini dan menganggap ia sebagai salah satu bid ‘ah (ibadat yang direka-reka) yang amat ditegah dan tidak boleh mengamalkannya kerana ianya tidak thabit daripada Rasulullah saw mahupun para sahabat ra serta al-tabi’in..
3) Berpuasa penuh di bulan Rejab atau sebahagiannya dengan menganggap ianya mempunyai fadhilat yang khas.
Sesetengah daripada umat Islam akan berpuasa di bulan ini sepenuhnya atau sebahagainya dan mereka menganggap puasa ini mempunyai kelebihan dan fadhilat yang khusus. Tetapi malangnya, ganjaran atau kelebihan yang khas bagi mereka yang melakukan amalan ini tidak bersumberkan daripada al-Quran atau hadith-hadith yang sahih. Bahkan ianya diambil daripada hadith-hadith yang maudhu’ (palsu) dan yang lebih malang lagi hadith-hadith ini disebarkan oleh golongan-golongan agama atau ustaz-ustaz kepada masyarakat Islam samada di dalam kuliah-kuliah mereka atau melalui penulisan. Antara hadith-hadith maudhu’ yang tersebar luas mengenai fadhilat puasa di bulan Rejab ini ialah:
1. Ibnu al-Jawzi menyebutkan dari riwayat Muhamad bin Abdul-Baqi dari Abu Bakr Muhamad bin al-Hassan al-Naqqasy, dari Abu Said r.a bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Rejab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku, maka barangsiapa yang berpuasa bulan Rejab dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka ia wajib mendapat keredhaan Allah Yang Maha Agung dan ditempatkannya di Syurga al-Firdaus yang tertinggi. Sesiapa yang berpuasa dua hari dari bulan Rejab maka baginya pahala dua kali ganda, timbangan tiap-tiap ganda bagaikan bukit-bukit di dunia. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari bulan Rejab maka Allah menjadikan antaranya dan Neraka sebuah parit yang panjangnya setahun perjalanan. Barangsiapa yang berpuasa empat hari dari bulan Rejab maka ia akan diselamatkan dari bala, gila, kusta, sopak, fitnah al-Masih al-Dajjal dan dari azab kubur…."
Ibnu al-Jawzi telah menghukum hadith ini dengan maudhu’.
2. Ibnu Shahin meriwayatkan dari Ali r.a dari Harun bin ‘Antarah bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhya bulan Rejab adalah bulan yang agung, maka barangsiapa yang berpuasa sehari dari bulan Rejab nescaya Allah menuliskan baginya puasa seribu tahun. Siapa yang berpuasa dua hari dari bulan Rejab maka Allah menuliskan baginya puasa dua ribu tahun. Siapa yang berpuasa tiga hari dari bulan Rejab maka Allah menulis baginya puasa tiga ribu tahun…"
Menurut Ibnu ‘Iraq: Hadith ini adalah maudhu’ tanpa syak lagi. Harun bin ‘Antarah pula disi Ibnu Hibban adalah seorang pereka hadith.
3. Diriwayatkan daripada Ali bin Abu Talib r.a bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Aku dibangkitkan sebagai Nabi pada 27 Rejab, maka barangsiapa yang berpuasa pada hari itu dan ia berdoa sewaktu berbuka puasa, maka puasa itu menjadi kifarat baginya selama sepuluh tahun".
Hadith ini telah disebut oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dari kitab Fawaid susunan Abu al-Hassan bin Shakhr dengan sanad yang batil.
Demikianlah antara contoh sebahagian kecil daripada hadith-hadith palsu yang tersebar dikalangan masyarakat Islam mengenai fadhilat puasa di bulan Rejab ini. Masih terdapat banyak lagi hadith-hadith palsu lain mengenai fadhilat puasa di bulan ini yang sesetengah daripada fadhilat tersebut tidak dapat diterima oleh akal yang sejahtera, apatah lagi ianya bercangggah dengan kaedah dan prinsip asas agama.
Al-Hafiz Ibn Hajar di dalam menyentuh perkara ini berkata: Tidak terdapat hadith-hadith yang boleh dijadikan hujah yang menyebut tentang fadhilat khusus bulan Rejab, atau fadhilat berpuasa (sepenuhnya) di bulan ini, atau berpuasa sebahagiannya, atau menghidupkan malamnya yang khusus.
(Ibn Hajar, Tabyin al-‘Ajab fi ma warada fi Fadhl Rajab, m/s 23).
Sayyidina Omar al-Khattab melarang orang berpuasa dibulan ini dan beliau pernah memukul tangan orang yang tidak mahu makan disebabkan berpuasa di bulan Rejab.
(al-Suyuti, al-Amr bi al-Ittiba’ wa al-nahyu an al-Ibtida’, (Bierut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cet.1, 1988), m/s 63).
Al-Imam Al-Syawkaniy pula menyebut di dalam kitabnya al-Fawaid: ((Dalam satu risalahnya Ali bin Ibrahim al-‘Athar berkata: Apa yang diriwayatkan mengenai keutamaan puasa Rejab semuanya maudhu’ dan dhaif tidak mempunyai sumber. Katanya lagi: Abdullah al-Anshari tidak berpuasa Rejab dan beliau melarangnya dan berkata: Tidak ada satu hadith pun yang sahih dari Nabi saw mengenainya)).
(Al-Syawkaniy, al-Fawaid al-Majmu’ah, m/s 440).
Selain daripada amalan yang disebutkan ini, terdapat lagi amalan khusus lain yang disebarkan seperti amalan membaca apa yang disebut sebagai ‘Istighfar Rejab’. Disebutkan di antara fadhilatnya ialah sesiapa yang menulis atau menggantung atau membawa atau membaca istighfar Rejab maka ia akan mendapat pahala sebanyak 80, 000 pahala para Nabi.
Terdapat juga sesetengah umat Islam yang menunaikan umrah pada bulan ini dengan menganggap ianya mempunyai fadhilat yang khusus jika dilakukan pada bulan Rejab.
Demikianlah sebahagian amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam di dalam bulan Rejab ini yang tidak bersumberkan dari Rasulullah saw. Persoalan yang mesti diulang fikirkan lagi adakah amalan-amalan tersebut akan diterima oleh Allah dan mendapat ganjarannya?. Atau ianya tidak mendapat apa-apa kecuali penat dan letih sahaja. Semoga Allah swt mengampunkan kesalahan yang dilakukan di atas kejahilan kita. Marilah kita bersama-sama untuk membenteraskan kegiatan penyebaran hadith-hadith palsu di kalangan umat Islam. Pastikan ibadah yang kita lakukan benar-benar menepati sunnah Rasulullah saw dan diiringi dengan keikhlasan kepada Allah swt.
Teringin juga rasa nak baca cerita agama di blog sendiri...jadi saya ambil artikel menarik ini semoga ianya dapat dimanfaatkan bersama....
Jadi saya pun buka satu blog baru agar ia mudah untuk saya baca dan simpan di samping memberi ruang kepada rakan-rakan agar sama-sama bermuzakarah dengan aman dan selesa...
AMALAN DI BULAN REJAB - Abd al-Razzaq bin Abd Muthalib
Allah swt telah mengutuskan para rasul dan menurunkan kitab-kitabnya serta menyediakan batas-batas arahan dan larangan atau boleh juga disebut sebagai syariat kepada manusia. Ini semua bertujuan tidak lain dan tidak bukan supaya manusia itu mengabdikan diri serta mentauhidkan Allah swt di dalam semua keadaan dan tingkah lakunya. Malah, inilah tujuan utama penciptaan makhluk seperti mana yang ditegaskan oleh Allah swt di dalam firmannya yang bermaksud:
"Dan tidak Aku ciptakan jin dam manusia itu kecuali untuk mengabdikan diri kepada-Ku". (Surah al-Zaariyat: ayat 56).
Suatu perkara yang penting dan perlu untuk diberikan perhatian bahawa segala bentuk ibadah ini tidak akan diterima oleh Allah swt melainkan jika ianya dilakukan dengan penuh keikhlasan kepada Allah swt serta menepati dengan cara yang dilakukan dan diperintahkan oleh Rasulullah saw. Maka sebarang bentuk ibadah yang tidak memenuhi dua syarat ini, ianya tidak akan diterima oleh Allah swt apatah lagi untuk diberikan ganjaran. Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Maka barangsiapa yang percaya dan mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amalan soleh dan janganlah mempersekutukan sesiapa pun di dalam ibadah kepada Tuhannya". ( Surah al-Kahfi: ayat 110).
Al-Imam Ibn Kathir (w 774 H) di dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahawa: ((Barangsiapa yang mengharapkan ganjaran serta balasan yang baik hendaklah ia melakukan amalan yang bertepatan dengan syariat Allah, dan hanya kerana Allah (ikhlas) serta tidak ada sekutu bagi-Nya, dan inilah dua rukun untuk diterima segala amalan, iaitu mesti dilakukan dengan ikhlas kepada Allah dan menepati dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw)).
(Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-‘Azim (Dimashq: Maktabah Dar al-Fiha’, cetakan ke-2, 1998), jilid 3, m/s 147).
Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapat para ulamak, antaranya al-Fudhail bin ‘Iyadh r.h dalam kata-katanya: Sesungguhnya amalan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan tetapi tidak betul maka ianya tidak akan diterima, dan jika dilakukan dengan betul tetapi tidak ikhlas, ianya juga tidak diterima, sehinggalah ianya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan betul. Dan ikhlas itu ialah apabila dilakukan hanya kerana Allah ‘Azza wa Jalla, dan betul itu pula ialah apabila dilakukan menepati sunnah Rasulullah saw.
(Ibn Rejab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, (Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyah, cetakan ke-3, 2000), m/s 15).
Bulan Rejab dan amalan yang dilakukan di dalamnya.
Bulan Rejab adalah antara salah satu bulan yang termasuk di dalam bulan-bulan yang suci. Dinamakan dengan Rejab bersempena dengan penghormatan terhadapnya di zaman jahiliyyah dengan tidak melakukan sebarang peperangan di dalam bulan ini. (Al-Razi, Mukhtar al-Sihah (Bierut: Muassah al-Risalah, 2001), m/s 215)
Telah menjadi amalan kebanyakan umat Islam untuk menghidupkan bulan ini dengan pelbagai amalan. Persoalannya, adakah amalan-amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas dan menepati sunnah Rasulullah saw untuk melayakkan amalan tersebut diterima? Menyentuh tentang persoalan ikhlas, kemungkinan semua orang memilikinya, tetapi adakah amalan tersebut bertepatan dengan syariat dan sunnah Rasulullah saw. Justeru, menjadi kewajipan ke atas umat Islam untuk menyemak dan memastikan segala amalan yang dilakukannya itu bertepatan dengan syariat dan sama dengan cara yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
Antara amalan-amalan yang dilakukan oleh umat Islam dalam bulan Rejab ini yang tidak menepati sunnah Rasulullah saw ialah:
1) Menghidupkan malam ke-27, dan dinamakan dengan malam al-Isra’ wa al-Mi’raj.
Sememangnya tidak dapat dinafikan bahawa peristiwa al-Isra’ wa al-Mi’raj merupakan salah satu daripada peristiwa besar dan penting di dalam sejarah Islam. Ianya bukti kepada kebesaran Allah swt dan kebenaran Nabi Muhamad saw serta risalah yang dibawa oleh Baginda. Tersebar luas di kalangan umat Islam bahawa peristiwa agung ini berlaku di malam dua puluh tujuh di bulan Rejab. Maka sebahagian besar umat Islam menyambut dan menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan yang khusus dengan mengharapkan fadhilat-fadhilat tertentu. Tetapi pendapat ini adalah tidak tepat sepertimana yang disebut oleh Syiekh Abdullah bin Abd al-Aziz bin Baz: Dan malam ini yang dikatakan berlaku padanya peristiwa al-Isra’ wa al-Mi’raj, tidak ada satu hadith sahih pun yang menyebut tentang tarikh peristiwa ini secara khusus, dan semua pendapat yang menyebut tentang tarikh berlakunya peristiwa ini secara khusus adalah tidak thabit daripada Rasulullah saw di sisi ulamak hadith, dan kepada Allah jualah diserahkan segala hikmah disebalik kerahsiaan ini kepada manusia, dan walau sekiranya terdapat hadith sahih yang menjelaskan tentang perkara ini, tetap juga tidak dibenarkan umat Islam untuk menghidupkan malam ini dengan amalan-amalan yang khusus, serta tidak harus untuk menghidupkannya dengan sebarang perayaan kerana Rasulullah saw dan para sahabat r.a tidak pernah merayakannya dan tidak melakukan sebarang amalan yang khusus. Sekiranya menghidupkan atau merayakan malam ke-27 ini amalan yang disyariatkan, semestinya Nabi saw akan menunjukan panduannya sama ada dengan kata-kata atau perbuatannya, dan sekiranya amalan ini pernah dilakukan oleh Baginda saw, semestinya akan diketahui dan masyhur serta akan disampaikan oleh para sahabat ra kepada kita.
(Abdullah bin Abd al-Aziz bin Baz, al-Tahzir min al-Bida’, cetakan ke-3, Uni. Islam Madinah, m/s 7).
2) Solat Raghaib
Solat ini dilakukan berdasarkan kepada satu hadith maudhu’ yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, katanya: Telah bersabda Rasulullah saw: Rejab bulan Allah, Sya’ban bulan-ku, dan Ramadhan bulan umatku… dan tidak ada seorang pun yang berpuasa pada hari Khamis yang pertama dalam bulan Rejab kemudian melakukan solat diantara waktu Maghrib dan ‘Atamah (waktu sepertiga awal malam), iaitu dilakukan pada malam Jumaat sebanyak dua belas rakaat, dibaca pada setiap rakaat surah al-Fatihah sekali dan surah al-Qadr tiga kali, dan surah al-Ikhlas sebanyak dua belas kali, dan diselangi setiap dua rakaat dengan salam, dan apabila telah selesai, ia berselawat ke atasku sebanyak 70 kali, kemudian membaca: (Allahumma salli ‘ala Muhammadin Nabiy al-Ummiy wa ‘ala alihi), kemudian sujud dan membaca: (Subbhuhun Quddusun Rabbu al-Malaikatu wa al-Ruh) sebanyak 70 kali, kemudian ia angkat kepalanya dan kemudian membaca: (Rabbi ighfir warham watajawaj ‘amma ta’lamu innaka anta al-‘azizu al-a’dzam) sebanyak 70 kali, kemudian ia sujud kali kedua dan membaca seperti bacaan di sujud pertama, kemudian ia mohon kepada Allah segala hajatnya, nescaya akan ditunaikan. Bersabda Rasulullah saw lagi: Dan demi diriku yang di tangan-Nya, tidak ada seorang hamba pun, lelaki mahupun perempuan yang mengerjakan solat ini melainkan akan diampunkan Allah sekelian dosanya, walau pun seperti buih di lautan dan sebanyak dedaun di pohonan, dan ia akan dapat memberi syafaat pada hari Qiamat untuk 700 orang di kalangan kaum keluarganya…))
(Diriwayatkan oleh Ibn al-Jauzi, di dalam kitabnya al-Maudhu ‘at, jilid 2, m/s 124-125).
Seterusnya Ibn al-Jauzi menyebut: ((Hadith ini adalah maudhu’ dan dusta ke atas Rasulullah saw, di dalam nya terdapat seorang rawi yang bernama Ibn Jahdham yang terkenal dengan dusta, dan aku mendengar guruku; Abd al-Wahab berkata: Para rawinya majhul (tidak dikenali) dan telah disemak tentang peribadi mereka ini di dalam semua kitab tetapi tidak ku temui tentang mereka).
Al-Imam al-Syaukaniy rh juga menyebut di dalam kitabnya: al-Fawaid al-Majmu ‘ah fi al-Ahadith al-Maudhu‘ah: ((Hadith ini adalah maudhu’ dan perawinya adalah majhul (tidak dikenali), dan solat Raghaib yang masyhur ini telah sepakat para ulamak bahawa ia adalah maudhu’)).
Setelah kita mengetahui tentang kedudukan hadith yang menyebut tentang solat Raghaib ini, marilah kita melihat apakah pandangan para ulamak tentang hukum mengerjakan solat tersebut.
Imam al-Nawawi (w 676H) berkata: Sesungguhnya ia adalah bid ‘ah yang ditegah di antara bid ‘ah-bid ‘ah yang sesat, dan padanya terdapat pelbagai percanggahan yang jelas, Allah memerangi mereka yang mencipta dan mereka-reka solat ini, dan para imam telah menulis pelbagai penulisan yang bernilai dan bermutu yang menyebut tentang keburukannya, kesesatan orang yang mengerjakan sembahyang ini, dan yang melakukan bid ‘ah ini, serta dalil tentang kejelekan, kebatilan serta kesesatan orang yang mengamalkannya adalah terlalu banyak dan tidak terhitung.
(Al-Nawawi, al-Minhaj Syarah Sahih Muslim, (Bierut: Dar al-Ma’rifah, cetakan ke-7, 2000), jilid 8, m/s 262.
Al-Imam Ibn Taimiyah (w 728 H) juga menyanggah pendapat tentang kewujudan solat ini dengan berkata: Solat ini (Raghaib) ini tidak dilakukan oleh Rasulullah saw dan tidak pula oleh seorang pun dikalangan para sahabat Baginda, tabi‘in dan para imam kaum Muslimin, dan Nabi saw tidak menggalakkannya serta tidak terdapat seorang pun dikalangan ulamak salaf dan imam-imam yang menggalakannya dan mereka tidak pernah menyebut akan adanya keutamaan-keutamaan yang khusus bagi malam ini. Hadith-hadith yang menyebut mengenainya adalah dusta dan maudhu’ dengan sepakat ahli ilmu, maka oleh kerana itu ahli-ahli tahqiq mengatakan bahawa solat tersebut adalah makruh, bukan sunat)).
(Ibn Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, 1/149)
Menurut al-Hafiz Ibn Rejab pula: Solat ini adalah bid‘ah di sisi jumhur (kebanyakan) ulamak, dan di antara mereka yang menyebut tentang perkara ini adalah di kalangan ulamak yang terkemudian seperti Abu Ismail al-Haruwi, Abu Bakar ibn al-Sam‘aniy, Abu al-Fadhl ibn Nasir, Abu al-Farj ibn al-Jawzi dan yang lain lagi, dan perkara ini tidak disebut oleh ulamak yang awal disebabkan ianya hanya muncul selepas daripada zaman mereka, dan yang terawal timbulnya perkara ini ialah selepas 400 tahun, maka sebab itulah golongan ulamak yang awal dan terdahulu tidak mengetahuinya dan tidak membincangkannya
(Ibn Rejab, Lataif al-Ma ‘arif, m/s 228)
Terdapat ramai lagi dikalangan ulamak yang membincangkan tentang hukum solat Raghaib ini. Kesimpulan yang dapat dibuat daripada pendapat-pendapat mereka semuanya menafikan kewujudan solat ini dan menganggap ia sebagai salah satu bid ‘ah (ibadat yang direka-reka) yang amat ditegah dan tidak boleh mengamalkannya kerana ianya tidak thabit daripada Rasulullah saw mahupun para sahabat ra serta al-tabi’in..
3) Berpuasa penuh di bulan Rejab atau sebahagiannya dengan menganggap ianya mempunyai fadhilat yang khas.
Sesetengah daripada umat Islam akan berpuasa di bulan ini sepenuhnya atau sebahagainya dan mereka menganggap puasa ini mempunyai kelebihan dan fadhilat yang khusus. Tetapi malangnya, ganjaran atau kelebihan yang khas bagi mereka yang melakukan amalan ini tidak bersumberkan daripada al-Quran atau hadith-hadith yang sahih. Bahkan ianya diambil daripada hadith-hadith yang maudhu’ (palsu) dan yang lebih malang lagi hadith-hadith ini disebarkan oleh golongan-golongan agama atau ustaz-ustaz kepada masyarakat Islam samada di dalam kuliah-kuliah mereka atau melalui penulisan. Antara hadith-hadith maudhu’ yang tersebar luas mengenai fadhilat puasa di bulan Rejab ini ialah:
1. Ibnu al-Jawzi menyebutkan dari riwayat Muhamad bin Abdul-Baqi dari Abu Bakr Muhamad bin al-Hassan al-Naqqasy, dari Abu Said r.a bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Rejab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku, maka barangsiapa yang berpuasa bulan Rejab dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka ia wajib mendapat keredhaan Allah Yang Maha Agung dan ditempatkannya di Syurga al-Firdaus yang tertinggi. Sesiapa yang berpuasa dua hari dari bulan Rejab maka baginya pahala dua kali ganda, timbangan tiap-tiap ganda bagaikan bukit-bukit di dunia. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari bulan Rejab maka Allah menjadikan antaranya dan Neraka sebuah parit yang panjangnya setahun perjalanan. Barangsiapa yang berpuasa empat hari dari bulan Rejab maka ia akan diselamatkan dari bala, gila, kusta, sopak, fitnah al-Masih al-Dajjal dan dari azab kubur…."
Ibnu al-Jawzi telah menghukum hadith ini dengan maudhu’.
2. Ibnu Shahin meriwayatkan dari Ali r.a dari Harun bin ‘Antarah bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhya bulan Rejab adalah bulan yang agung, maka barangsiapa yang berpuasa sehari dari bulan Rejab nescaya Allah menuliskan baginya puasa seribu tahun. Siapa yang berpuasa dua hari dari bulan Rejab maka Allah menuliskan baginya puasa dua ribu tahun. Siapa yang berpuasa tiga hari dari bulan Rejab maka Allah menulis baginya puasa tiga ribu tahun…"
Menurut Ibnu ‘Iraq: Hadith ini adalah maudhu’ tanpa syak lagi. Harun bin ‘Antarah pula disi Ibnu Hibban adalah seorang pereka hadith.
3. Diriwayatkan daripada Ali bin Abu Talib r.a bahawa Rasulullah saw bersabda:
"Aku dibangkitkan sebagai Nabi pada 27 Rejab, maka barangsiapa yang berpuasa pada hari itu dan ia berdoa sewaktu berbuka puasa, maka puasa itu menjadi kifarat baginya selama sepuluh tahun".
Hadith ini telah disebut oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dari kitab Fawaid susunan Abu al-Hassan bin Shakhr dengan sanad yang batil.
Demikianlah antara contoh sebahagian kecil daripada hadith-hadith palsu yang tersebar dikalangan masyarakat Islam mengenai fadhilat puasa di bulan Rejab ini. Masih terdapat banyak lagi hadith-hadith palsu lain mengenai fadhilat puasa di bulan ini yang sesetengah daripada fadhilat tersebut tidak dapat diterima oleh akal yang sejahtera, apatah lagi ianya bercangggah dengan kaedah dan prinsip asas agama.
Al-Hafiz Ibn Hajar di dalam menyentuh perkara ini berkata: Tidak terdapat hadith-hadith yang boleh dijadikan hujah yang menyebut tentang fadhilat khusus bulan Rejab, atau fadhilat berpuasa (sepenuhnya) di bulan ini, atau berpuasa sebahagiannya, atau menghidupkan malamnya yang khusus.
(Ibn Hajar, Tabyin al-‘Ajab fi ma warada fi Fadhl Rajab, m/s 23).
Sayyidina Omar al-Khattab melarang orang berpuasa dibulan ini dan beliau pernah memukul tangan orang yang tidak mahu makan disebabkan berpuasa di bulan Rejab.
(al-Suyuti, al-Amr bi al-Ittiba’ wa al-nahyu an al-Ibtida’, (Bierut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, cet.1, 1988), m/s 63).
Al-Imam Al-Syawkaniy pula menyebut di dalam kitabnya al-Fawaid: ((Dalam satu risalahnya Ali bin Ibrahim al-‘Athar berkata: Apa yang diriwayatkan mengenai keutamaan puasa Rejab semuanya maudhu’ dan dhaif tidak mempunyai sumber. Katanya lagi: Abdullah al-Anshari tidak berpuasa Rejab dan beliau melarangnya dan berkata: Tidak ada satu hadith pun yang sahih dari Nabi saw mengenainya)).
(Al-Syawkaniy, al-Fawaid al-Majmu’ah, m/s 440).
Selain daripada amalan yang disebutkan ini, terdapat lagi amalan khusus lain yang disebarkan seperti amalan membaca apa yang disebut sebagai ‘Istighfar Rejab’. Disebutkan di antara fadhilatnya ialah sesiapa yang menulis atau menggantung atau membawa atau membaca istighfar Rejab maka ia akan mendapat pahala sebanyak 80, 000 pahala para Nabi.
Terdapat juga sesetengah umat Islam yang menunaikan umrah pada bulan ini dengan menganggap ianya mempunyai fadhilat yang khusus jika dilakukan pada bulan Rejab.
Demikianlah sebahagian amalan yang biasa dilakukan oleh umat Islam di dalam bulan Rejab ini yang tidak bersumberkan dari Rasulullah saw. Persoalan yang mesti diulang fikirkan lagi adakah amalan-amalan tersebut akan diterima oleh Allah dan mendapat ganjarannya?. Atau ianya tidak mendapat apa-apa kecuali penat dan letih sahaja. Semoga Allah swt mengampunkan kesalahan yang dilakukan di atas kejahilan kita. Marilah kita bersama-sama untuk membenteraskan kegiatan penyebaran hadith-hadith palsu di kalangan umat Islam. Pastikan ibadah yang kita lakukan benar-benar menepati sunnah Rasulullah saw dan diiringi dengan keikhlasan kepada Allah swt.
Subscribe to:
Posts (Atom)